Javier tahu kalau kesalahan dari tindakan impulsifnya bisa dicatat, daftarnya pasti sudah setebal buku telepon. Kadang otaknya baru bisa memilah salah dan benar setelah beberapa jam kemudian.
Belakangan ini Javier lebih banyak menyendiri. Berkontemplasi atas masalah-masalah yang kemudian hari ia sesali. Perlakuannya terhadap Alyssa mau ditinjau dari sisi mana pun tetap lah salah. Ucapannya tempo hari kepada Rachel juga nggak bisa dibenarkan meski itu semua didasari unek-uneknya selama ini. Terakhir, Javier juga sadar kalau apa yang terjadi di antara dia dan Rena harus dibenahi. Entah hasilnya baik atau buruk, masalah nggak akan pernah selesai jika tidak diakhiri.
Maka dari itu ketika tangannya menekan bel pintu rumah Rena, Javier merapalkan doa semoga keputusannya ini nggak makin memperkeruh suasana. Perlu beberapa menit Javier menunggu sambil harap-harap cemas sampai pintu kayu dibuka dan menampilkan sesosok wanita setengah baya.
"Cari siapa ya, Mas?" tanya perempuan yang Javier tebak pasti ibunya Rena.
"Renanya ada, Tante?"
"Rena?" rautnya agak bingung. "Ah, Rere maksudnya? Ada kok. Masuk aja, Mas, saya panggilkan dulu." Kemudian wanita berterusan ungu itu membuka pintu lebih lebar untuk mempersilahkan Javier masuk. Dari kursi kayu yang ia duduki, Javier bisa melihat beberapa foto yang dipajang di dinding. Anehnya hanya sedikit yang menunjukkan wajah Rena kendati Javier tahu gadis itu adalah anak tunggal. Cuma ada satu. Itu pun hanya memperlihatkan wajah Rena dari samping.
"Lo ngapain di sini?"
Javier menoleh saat mendengar ucapan Rena yang tanpa basa-basi. Dia berdiri, hendak mendekati Rena yang tampak lucu mengenakan jumpsuit pendek meski bertolak belakang dengan ekspresinya. "Stop. Lo di sana aja."
"Re, gue mau ngomong."
"Ngomongin apa lagi?"
"Soal semuanya," Javier menelan ludah berat. "Soal kita..."
"Nah, there's no us between you and me."
Javier yang sudah kepalang frustasi nyaris berlutut kalau nggak dicegah Rena yang reflek menahan bahunya. "Lo mau ngapain?!"
"Maaf, Re. Gue janji nggak akan ganggu lo lagi setelah ini, tapi tolong dengerin apa yang mau gue bilang dulu."
Rena menghela nafas berat. Setengah menahan diri untuk nggak memaki cowok di depannya yang kelewat keras kepala. "Oke. Tapi jangan di sini."
Tanpa menunggu persetujuan Javier, gadis mungil itu melenggang menuju pintu lalu berjalan keluar. Tujuan Rena adalah taman komplek yang tepat berada di seberang rumahnya. Dia jelas tahu obrolannya dengan Javier pasti akan menciptakan perdebatan kecil. Dan membiarkan itu terjadi di dalam rumah merupakan hal terakhir yang Rena inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serotonin
Fanfiction"I'll be your meds. Let me be your daily dose of Serotonin." "Then i'll be your dopamine, huh? You wish." ©niciwinibiti, 2020