Rachel sedang mengerjapkan matanya mengumpulkan kesadaran. Ini adalah ritual setiap bangun tidurnya yang harus dilakukan selama 15 menit. Untuk menghadapi hari-hari berat, memang dibutuhkan mental yang kuat dan kesadaran penuh.
Tok tok tok!
Rachel menghembuskan nafas pelan, dia tahu siapa yang mengetuk pintu kamarnya jam 7 pagi begini. "Acel udah bangun, Mbak!!!"
"Bukan gitu Mbak, tapi—"
"Iya tau sarapan udah jadiii."
"Bukan gitu juga, Mbak Acel!!!"
Rachel mengerutkan dahi bingung, gadis itu kemudian berjalan untuk membuka pintu kamarnya. "Ya terus gimana maksudnya?" tanya Rachel pada Mbak Sumi—pembantu di rumahnya.
"Nganu... Itu ada Mas-mas Hensem di ruang tamu."
"Hah??? Siapa??"
Mbak Sumi berdecak pelan. "Itu loh Mas Hensem katanya temen Mbak Acel."
"Acel gak punya temen namanya Hensem deh????!" Rachel menyernyit bingung kepada Mbak Sumi yang pagi-pagi sudah membuatnya overthinking.
Wanita yang berusia 30 tahun itu berdecak pelan. "Hihhh maksudnya ganteng. Mbak Acel katanya setengah bule kok Hensem aja gak tau."
Rachel mendengus kesal, "siapa sih? Abam? Eh wait—sejak kapan Abam jadi Mas Hensem??? Mbak Sum ada-ada aja deh."
"Hih, kalo Mas Abam ya saya tau lah, ini tuh pendatang baru, saya baru ketemu sekali ini."
Rachel makin menyernyitkan dahi bingung. "Siapa sih???" katanya sambil berlalu untuk turun ke bawah.
Gadis itu langsung membelalakan mata kaget ketika mengetahui siapa orang yang sudah duduk dengan rapi di sofa ruang tamunya. "Ngapain lo????"
Laki-laki yang mengenakan jaket denimnya itu hanya menunjukkan cengiran lebar. "Jemput lo, lah."
"Gue gak pesen taksi online tuh?" Rachel duduk di sofa berhadapan dengan laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serotonin
Fanfiction"I'll be your meds. Let me be your daily dose of Serotonin." "Then i'll be your dopamine, huh? You wish." ©niciwinibiti, 2020