09| Fall or Fool

6.4K 1K 83
                                    

Kafka menatap kosong ke arah taman belakang rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kafka menatap kosong ke arah taman belakang rumahnya. Ia memikirkan ucapan Keenan beberapa hari yang lalu saat mereka menginap di apartement miliknya.

"Kalo lo suka sama Rachel ya udah terusin, tapi kalo lo gak bisa ya lo harus ngomong ke dia. Jangan terus-terusan jadi cowok cupu yang gak jelas mau nya apa." Kata-kata Keenan terus berputar di kepalanya. Jujur saja sampai detik ini ia masih tidak tahu harus bagaimana.

Kafka tidak mau terus-terusan menjadi pecundang yang tidak punya pendirian begini. Berulang kali dia berniat untuk jujur kepada Rachel. Tapi dia juga selalu mengingat Chaca yang akan sedih jika dia membuat sahabat gadis itu patah hati.

Laki-laki itu memijit keningnya pelan. Kemudian meraih ponsel dan mengetikan sesuatu di sana dengan ragu-ragu.

Rachel
Bisa ketemu gak besok sore?

Daripada menjadi pecundang, dia lebih baik jujur walau mungkin akan menyakiti orang lain. 

*

Sementara itu di tempat lain Rachel baru saja selesai melakukan latihan pilates saat ia mendapatkan pesan dari seseorang. Gadis itu mengelap keringatnya dengan handuk terlebih dahulu sebelum membuka pesan itu. Matanya membulat sempurna setelah melihat siapa yang mengirim pesan.

Kafka
Rachel
Bisa ketemu gak besok sore?


Hampir saja gadis itu menjerit jika saja dia tidak menyadari kalau sedang berada di studio pilates. Aaaa Mama pangeran kuda poninya Rachel ngajak ketemu, jeritnya dalam hati.

Gadis itu buru-buru membalas pesan Kafka, tidak mau membuat laki-laki itu menunggu lama.

Bisa bisa
Jam berapa Kaf?

Senyumnya makin terukir lebar saat Kafka langsung membalas pesannya.

Kafka
Jam 5an
Nanti lo gue jemput aja

Oke

Rachel langsung menghentak-hentakan kakinya girang. Mungkin saja ini kesempatan yang selama ini ia tunggu untuk bisa dekat dengan Kafka. Siapa yang tahu?

***

Rachel sedang sibuk memilih baju mana yang akan ia gunakan sore ini untuk bertemu Kafka. Sebut saja ini adalah date pertama mereka karena menurut Rachel saat Kolassic beberapa minggu lalu itu tidak bisa dikategorikan sebagai kencan.

Ia sudah memutari walk in closet miliknya tapi tetap saja dia masih clueless harus memakai baju apa. Gadis itu berdecak sebal kemudian meraih ponselnya dan menelepon seseorang.

SerotoninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang