Setelah kepergian Rachel, Keenan dan Sharon duduk berdua saling berhadapan. Dari tadi belum ada yang mulai berbicara. Sebelum akhirnya Keenan membuka suaranya untuk menyelesaikan kekacuan yang sudah ia buat.
"Sorry, Shar." Laki-laki itu menatap Sharon merasa bersalah.
"For??"
"Gue gak bisa lanjutin ini sama lo." Jujur saja ini adalah pertama kalinya ia memutuskan hubungan yang bahkan belum dimulai. Biasanya dia hanya meninggalkan gadis-gadis yang ia dekati dengan alasan "Kita jadi temen aja ya."
Tapi ia merasa kali ini tidak bisa begitu, dia takut terkena karma. Bahkan sepertinya karmanya sudah datang dalam wujuh gadis pirang bernama Racheline. Mendekati Rachel saja sudah membuatnya memutar otak memikirkan strategi apa yang harus diambil. Gadis itu berhasil membuatnya menjadi Panglima Perang yang memikirkan taktik melumpuhkan lawan.
"Karena Kak Rachel? Lo suka sama dia kan?" Sharon menatap mata Keenan dengan sorot sendu.
Keenan tidak menjawab. Laki-laki itu bingung kalau dia berkata jujur, Sharon akan semakin sakit hati.
"Sebenernya gue udah tau. Lo selalu natap dia beda dari cewek lain." Gadis itu tertawa sinis. "Tapi gue mau nunggu aja sampai lo yang pengecut ini ngomong langsung ke gue."
Keenan mengepalkan tangannya menahan marah. Tapi dia memang layak mendapatkan ini jadi dia memilih tetap diam.
"Ternyata lo emang brengsek. Padahal setahu gue Rachel suka kan sama Kafka? Jadi lo ngerebut cewek temen lo sendiri?" Sharon menyandarkan punggungnya pada kursi, menatap Keenan nyalang. "Ckckck gak nyangka gue."
Keenan mengeratkan rahangnya, ia masih berusaha bersabar mendengar cacian yang gadis itu lontarkan padanya. "Rachel juga sama aja. Ngejar-ngejar Kafka eh malah deketnya sama lo. Dasar murahan. Cocok deh lo berdua."
Keenan terkekeh sinis dan memandang Sharon penuh amarah. "Gue udah berusaha sabar ya lo ngatain gue. Tapi gak usah bawa-bawa Rachel. Dia bahkan masih mikirin perasaan lo."
"Kalo dia mikirin perasaan gue, ya dia pasti nolak dideketin sama lo!!! Apa namanya kalo bukan cewek munafik?!!"
"Jangan ngomong sembarangan ya lo!" Keenan menghembuskan nafas kasar dan beranjak berdiri. Dia tidak ingin lepas kendali dan mungkin akan bertindak kasar pada Sharon. "Gue pergi."
Sharon mencekal tangan Keenan. "GUE BELOM SELESAI NGOMONG YA BRENGSEK."
Keenan langsung menepis tangan Sharon. "Gue bilang kita selesai." Berjalan pergi meninggalkan Sharon yang terus berteriak memanggil namanya.
***
Alyssa sedang bergulung-gulung mengabsen setiap sisi kasurnya. Dia bosan tapi juga malas untuk pergi. Gadis itu memandang langit-langi, memikirkan siapa yang harus ia ganggu hidupnya hari ini. Ia menjentikkan jari ketika sebuah nama muncul di otaknya. Buru-buru dia menelepon orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serotonin
Fanfiction"I'll be your meds. Let me be your daily dose of Serotonin." "Then i'll be your dopamine, huh? You wish." ©niciwinibiti, 2020