Serotonin

07| Balada Susu Coklat

Rachel berdiri sendirian di depan Student Center. Dia baru saja selesai mengikuti latihan rutin UKM Seni. Sambil menggendong tas gitar di punggungnya, gadis itu memberengut menunggu supirnya yang tidak kunjung datang.

Baru saja akan kembali menghubungi supirnya itu, saat ponselnya bergetar memperlihatkan panggilan dari orang yang ditunggunya sedari tadi.

"Halo? Pak Yanto sampai mana sih kok lama banget?"

"Haduh, Mbak Acel. Nganu... Ini tiba-tiba istri saya telepon, katanya si Wawan masuk rumah sakit."

"Si Wawan anak bungsunya Pak Yanto??? Ih yaudah kalo gitu Pak Yanto langsung ke rumah sakit aja. Nanti Acel biar naik go-mobil pulangnya."

"Beneran nih Mbak gakpapa? Nanti saya yang dimarahin Bapak sama Mas Icad atuh?"

"Tenang aja nanti Acel yang bilang, lagian kalo urusan urgent begini Papa sama Abang gak bakal marah."

"Ya sudah kalo begitu, sekali lagi maaf ya Mbak Acel..."

"Iya Pak, gakpapa."

Lalu sambungan ia matikan. Gadis itu menghembuskan nafas pelan. Niat hati mau mengumpat langsung ia urungkan.

Baru saja akan membuka aplikasi go-mobil ketika sebuah mobil berhenti di depannya. Kaca penumpangnya dibuka memperlihatkan sosok laki-laki yang familiar. "Racheline?"

Rachel menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas siapa yang berada dibalik kemudi. "Keenan??"

"Lo ngapain magrib-magrib masih di depan sini? Gak takut setan?"

"Gue lebih takut sama manusia."

Laki-laki itu hanya menghela nafas pelan. "Lo ngapain di sini?" tanyanya sekali lagi.

"Gue mau balik ini mau pesen go-mobil."

"Balik sama gue aja, cepet naik."

Rachel menggeleng cepat. "Gak usah, gue udah mau pesen kok ini."

"Ck. Kalo sama gue gratis, duitnya bisa buat beli gorengan."

"Gue gak suka gratisan, nanti jadi pamrih."

"Yaudah kalo gitu bayar gue."