"Tadi gue ketemu Diandra."
Kafka yang mendengar nama familiar itu langsung menoleh ke arah gadis di sampingnya. "Ngobrol?"
Chaca menggeleng lesu sebagai jawaban. "Gue sapa sih, tapi masih aja gue dijutekin. Padahal udah lewat 3 tahun juga."
Gadis yang kini duduk di kursi penumpang mobil Kafka itu hanya bisa menghela nafas panjang. "Salah gue apa sih? Asal lo tau ya, hampir tiap malem gue diem mikir apa penyebab Diandra jauhin gue, tapi gue masih gak ngerti juga."
"Emang lo gak ada salah sama dia kok."
"Apa karena gue temen lo ya???" Chaca memutar tubuhnya untuk menghadap Kafka yang sedang menyetir. "Adra jauhin gue semenjak putus sama lo."
"Apa hubungannya? Gak usah sotoy deh lo."
Chaca memicingkan mata penuh curiga pada sahabatnya itu. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan darinya. "Gue masih penasaran, lo putus sama Adra beneran cuma karena sibuk organisasi?"
"Menurut lo aja?"
"Gue gak percaya. Itu tuh kaya alasan paling klise dan paling gak logis dari orang kaya lo."
"Lo gak ada keharusan juga buat percaya," balas Kafka sambil mengedikkan bahu acuh.
"Udah 3 tahun, Kaf. Tinggal kasih tau gue apa susahnya sih?"
"Mau tau apalagi? Gue putus ya emang karena sama-sama sibuk."
Chaca mendengus keras lalu menatap tajam temannya itu, bersiap-siap untuk memulai kontes debatnya. "First of all, bukan Kafka banget bakal putusin pacarnya cuma gara-gara sibuk. Fuck it, alasan lo norak banget tau gak?!"
"Second, kalo emang putus karena itu, terus kenapa dia benci setengah mati sama lo?! Sampai kalo satu karbon dioksida sama lo aja dia bisa muntah darah."
"Hiperbola," cibir Kafka setelah nendengar ucapan Chaca yang menggebu-gebu memenuhi mobil.
Chaca berlagak gak peduli dan mengabaikan cibiran Kafka. Gadis itu kembali membuka mulut untuk melanjutkan omelannya. "YANG TERAKHIR KALO DIA PUTUS BAIK-BAIK SAMA LO, GUE GAK BAKAL DIMUSUHIN."
Kafka menyernyit ngilu setelah gendang telinganya yang malang baru saja terpapar frekuensi suara puluhan desibel. "Lo kalo mau ngomel gak usah pake tenaga bisa gak? Berisik."
"Hih, gue tuh lagi kesel! Ngertiin kek."
"Gue kurang ngertiin lo apalagi selama ini?" ujar Kafka tegas, yang berhasil membuat Chaca terdiam di tempatnya. "Bisa gak sih sehari aja lo gak usah mikirin hal-hal yang gak bakal punya efek di hidup lo kaya gini?"
Chaca mendesah lelah lalu mengalihkan pandang dari Kafka. "Gue cuma mau tau salah gue dimana. Kan bisa buat refleksi diri gue sendiri, Kaf. Gue bisa belajar jadi orang yang lebih baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serotonin
Fanfic"I'll be your meds. Let me be your daily dose of Serotonin." "Then i'll be your dopamine, huh? You wish." ©niciwinibiti, 2020