Rachel lagi duduk sendirian di gazebo FT waktu tahu-tahu ada yang nepuk pundaknya. Matanya kontan membelalak saat mendapati Kafka yang sedang tersenyum ke arahnya.
Apa nih...
Seumur-umur Rachel suka sama Kafka, gak pernah tuh dia disamperin duluan. Terus kenapa ini tiba-tiba dia nongol sambil senyum malaikat begini?!
"Nungguin Keenan ya?" Belum sempat Rachel menjawab, Kafka sudah melanjutkan dengan nada sangat informatif, "dia ada kelas Konstruksi Bangunan, baru kelar jam 4 biasanya."
Sebenarnya waktu lihat Kafka yang muncul di depannya beberapa menit yang lalu, Rachel udah meniatkan untuk gak beramah tamah. Tapi kayanya ide bengisnya itu harus dibatalkan saat mendapati Kafka yang datang dengan aura perdamaian. "Oke, thanks."
Iya Rachel harus makasih sama Kafka karena kalau gak berkat informasinya barusan, dia gak bakal tahu ini Keenan bakal kelar kelas jam berapa. Niatnya kan dia mau kasih surprise Keenan dengan tiba-tiba nongol di depan.
Rachel udah ngerasa cukup buat narik diri dari Keenan. Dia harus meluruskan sesuatu yang seharusnya dia lakukan sedari dulu.
Dengan bermodalkan keyakinan kalau Keenan akan pulang sore hari ini, Rachel memberanikan diri buat masuk kandang buaya. Sebenarnya dia juga agak awkward nunggu sendirian di sini, jadi dia diam-diam bersyukur waktu Kafka datang.
"Gue duduk di sini boleh gak?" Kafka mengisyaratkan tempat kosong di sebelah Rachel dengan dagunya. Maka sebagai bentuk sopan santun, Rachel menggeser tubuhnya untuk mempersilahkan Kafka duduk.
"Lo gak ada kelas juga emangnya?" tanya Rachel penasaran. Karena setahunya Keenan, Kafka, Malik dan Javier alias cowok kembangnya Arsi ini kalau KRSan pasti bareng. Jadi kebanyakan jadwal kuliah mereka juga pasti sama.
"Gue dispen, abis dari kampus sebelah."
Rachel lantas ber-oh ria dan menganggukan kepala. Gak heran sih, sebagai Wakahim paling sibuk seantero Arsi masalah dispensasi gini pasti udah bukan hal aneh buat Kafka.
"Btw, Chel..."
"Ya?"
"Sorry." Rachel menatap Kafka dengan alis terangkat, dia gak paham arah pembicaraan yang laki-laki di sebelahnya ini tuju. "Sorry for???"
"Sorry for being asshole..." Kepalanya tertunduk tanda dia benar-benar serius dengan ucapannya. "To be really honest, gue gak pernah bermaksud buat bikin lo sakit hati. Sama sekali."
"Gue cuma mau lo berhenti buat berharap sama suatu yang gak pasti." Setelahnya nada Kafka jauh lebih lirih, "dan lo tau kan suka sama gue tuh sangat gak pasti."
Jujur Rachel bingung sih harus bereaksi gimana. Kaya... Ini kok tiba-tiba manusia lempeng tektonik kaya Kafka apologize ke dia tentang masalah yang udah lama dan harusnya juga udah dilupain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serotonin
Fanfiction"I'll be your meds. Let me be your daily dose of Serotonin." "Then i'll be your dopamine, huh? You wish." ©niciwinibiti, 2020