Jangan bingung ya ini timeline setelah Special Chapter: Selamat Ulang Tahun. Chapter yang kemarin juga.
"Mbak Sum..."
"Mbak!"
"Mbak Sumi!"
Bug
"Waduuuh..."
Suara debaman barusan berasal dari Mbak Sumi yang tiba-tiba saja jatuh dari atas kursi tempatnya berpijak untuk membersihkan rak. Bagaimana nggak terkejut apabila saat menoleh dia justru mendapati Rachel berdiri di belakangnya dengan kondisi yang... Berantakan. Sangat.
Tangan berlumuran cairan pekat yang biar Mbak Sumi tebak pastilah coklat. Wajah yang memang seputih pualam itu kini tercoreng-coreng tepung. Belum lagi surai pirang Rachel yang biasanya tertata rapi saat ini hanya terikat tinggi nggak beraturan. Pun celemek Rachel yang tadinya berwarna putih kondisinya jauh lebih mengenaskan; kusut dengan warna yang carut-marut macam lukisan abstrak di atas kanvas.
"Allahuakbar, Mbak Acel! Kenapa jadi kayak abis kena longsor begini?!"
"Hehe..."
"Heha-hehe, ini kalo Bapak atau Mas Icad tau saya bisa dikira lalai bertugas!"
"Lebay amat lalai dalam tugas." Kedua hastanya yang berhias coklat setengah kering itu berusaha menyapu anak rambut yang jatuh di dahi. Bukannya tersibak ke belakang, surai terang Rachel malah ikut terkena lumuran coklat. "Bantuin Acel dong, Mbak."
"Bantuin apa?!"
"Bikin kue. Kue ulang tahun."
"Ya Gusti Nu Agung..." Wajah Mbak Sumi makin kusut. Dia berusaha bangkit berdiri dengan uluran tangan Rachel yang jelas saja langsung ditolak. "Kue buat siapa? Mbak Acel kan happy birthday-nya udah lewat dua hari?"
"Ya ada pokoknya..."
"Beli aja di toko biasanya ih. Kalo Bapak tau Mbak Acel masuk dapur nanti saya yang kena marah."
Rachel mendengus pelan. "Ya makanya Mbak Sumi diem aja. Papa nggak bakal tau kalo nggak ada yang ngadu."
"Tapi—"
"Mbak Sumi mau apa? Bilang aja!"
Perempuan bersetelan ungu itu kontan menggigit bibir ragu. Dia hafal tabiat anak majikannya ini karena sudah mengasuh sedari kecil. Rachel nggak akan bisa diam sebelum keinginannya dituruti. Akan dengan sukarela mengekori ke manapun targetnya pergi. Di sisi lain, sebagai anak bungsu sekaligus perempuan satu-satunya dalam keluarga, Rachel selalu mendapat pengawasan ekstra. Mbak Sumi jadi ingat waktu pertama kali Rachel memberontak dan bersikeras keluar dari rumah untuk tinggal sendiri di apartemen. Dia mengurung diri di dalam kamar, menolak makan, minum, bahkan berkomunikasi dengan siapapun. Bisa dibayangkan bagaimana gentingnya kondisi rumah saat itu. Pada akhirnya Papa Rachel dan Richard nggak punya pilihan lain selain menyetujui. Namun tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serotonin
Fanfiction"I'll be your meds. Let me be your daily dose of Serotonin." "Then i'll be your dopamine, huh? You wish." ©niciwinibiti, 2020