44| Kepingan Mimpi Buruk

6.3K 767 213
                                    

Trigger warning: mental issues.

Trigger warning: mental issues

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"How was your day, Mama?"

"Great, a little bit tired but that's super okay."

Gadis muda di samping wanita yang sedang melajukan mobil membelah jalanan itu sedikit cemberut. "My bad, harusnya tadi pagi aku gak maksa Mama minta dijemput. Mama pasti jadi buru-buru pulang dari book signing."

"No, sunshine. Today is your last day of practice and tomorrow will be a big day. Lagian besok kamu ulang tahun, so your every wish is my command."

Raut cemberutnya segera berganti dengan wajah berseri-seri. "I'm super nervous. Finally I will play Swan Lake in front of everyone!"

Senyum dari dua orang di dalam mobil itu tak kunjung luntur. Sesekali ikut bersenandung mengikuti irama lagu yang terputar di radio.

"Mama jadi berangkat ke Sydney besok setelah resital pianoku?"

"Sadly, yes."

"Yah, how about my birthday dinner? Makan malam kalau cuma sama Papa dan Abang gak pernah seru," keluhnya dengan wajah murung.

"I'm sorry, sunshine. Untuk yang satu ini Mama gak bisa absen." Iris hazel wanita pirang itu ia alihkan pada putrinya yang duduk di kursi penumpang. Tangannya yang bebas mengelus lembut pipi bulat milik si gadis muda.

"Kalau gitu aku mau ikut Mama."

"Yakin mau ikut? Kemarin kayanya ada yang bilang udah gak sabar buat nerima buket bunga sebanyak-banyaknya setelah resital? Kalo ikut Mama ke Sydney gak jadi dapet bunga dong."

"Tapikan, Mam"

"Besok Kak Joyi sama Jihane sampai kan? Katanya kamu kangen udah lama gak ketemu. Lagian Mama cuma pergi 3 hari bukan 3 minggu."

"But still, I'm gonna miss you..." Gadis dengan bando bunga itu makin mengerutkan bibir. Mamanya ini memang sering pergi keluar kota karena urusan pekerjaan, tapi tetap saja kalau ditinggal pergi barang sehari rasanya seperti setahun.

Ibu dan anak itu bukan saja wajahnya yang serupa, tapi juga tidak terpisahkan. Bagi si anak, ibunya ini bukan sekedar sosok yang melahirkannya tapi juga separuh nyawanya. Bagi si ibu? Gadis kecil banyak tanya itu adalah dunianya.

SerotoninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang