BONUS PART 4 (AKSA)

6.9K 785 16
                                    

Gadis kecilku, ternyata memang masih gak beda – beda banget. Di zoom meeting pertama kami saja, dia sudah menampakan sisi konyolnya. Penampakan yang menggemaskan, dengan rambut acak – acakan, ditambah dia bangun kesiangan. Gak ada istilah jaga image seperti perempuan sekarang.

Dan lihatlah yang paling pertama kali bersemangat menyambut kemunculan wajahnya. Dia adalah pria yang sama yang kulihat berani mengusap lembut kepala gadis kecilku di MRT. Aku harus waspada pada laki – laki itu. Pasti dia sudah bermanuver mendekati Ananta.

Aku sepertinya sudah kalah start.

Dari gaya bercanda mereka, aku yakin mereka cuma dekat, tapi belum resmi. Kalau begitu caranya, aku harus bergerak kilat dan segera meresmikan. Kalau Ananta tidak mau? Mari kita bikin mau.

Tenang, aku gak akan ambil jalan pintas dengan memperkosa anak orang. Salah – salah bukannya aku di nikahkan, aku malah di serbu pakai panser sebatalyon bapaknya.

Tapi gimana caranya pokoknya Ananta akan ku beri pilihan, pacaran dulu baru menikah, atau langsung menikah. Intinya akhirnya menikah. Dengan. Aku.

Sinting? Biarin.

Aku sudah 35 tahun, aku harus gerak cepat. Siapa cepat dia dapat kan?

Aku sudah memperhatikan wajahnya sambil aku menerima telepon dari mahasiswaku. Dia menanyakan perihal revisi dan jadwal bimbingan selanjutnya. Aku memang tidak terlihat di camera karena posisi ku agak minggir sedikit.

"udah!! Mamam orok!!" sahutnya dengan suara kesal dan lantang. Seperti ingin mencakar Rio. Aku pun menahan gelak sebisaku, wajahnya bukannya semakin terlihat galak,malah semakin terlihat lucu. Gimana si Rio itu tidak gemas setengah mati?

"hah? Gimana pak? Mamam orok?" tanya mahasiswaku yang mungkin tidak sengaja mendengar. Aku pun menahan tawa setengah mati.

"bukan..bukan.. sudah pokoknya kamu revisi aja dulu sesuai notes dari saya, bimbingan minggu depan saja. minggu ini saya sudah full soalnya" ucapku pada mahasiswa ku dan aku mengakhiri pembicaraan kami, karena harus melanjutkan meeting.

Sebelumnya aku sempat mendengar Ananta meminta Rio untuk meminang kuntilanak penghuni pohon mangga disamping kamarnya saja. dan rasanya aku ingin berteriak SETUJU.

Tapi habis itu aku mikir lagi, kenapa Ananta tahu ada pohon mangga berpenunggu disamping kamar Rio? Sedekat apa mereka? ini tidak bisa di biarkan. Apakah Ananta sudah sering main kerumah Rio? Apakah mereka sudah saling mengenal sampai sejauh itu?

Aku akhirnya muncul didepan camera, dan aku melihat Ananta kaget dan langsung merapihkan poninya sebisa mungkin. Dia bahkan belum sisiran sepertinya. aku hanya mengulum senyum melihat tingkahnya.

Dia masih berusaha merapihkan rambutnya yang awut – awutan, dengan jemarinya. Walau sudah di ledeki habis – habisan oleh Rio.

Aku pun menyahut "oooh, ini Rio dan Ananta. Jadi kapan nih resminya?" dalam hatiku melanjutkan kalimatku, kapan kalian resmi berjauhan dan jangan pernah berdekatan lagi? karena aku akan mengawasi mu Rio. Jangan harap kamu bisa bersama Ananta.

Sepanjang meeting, aku memang melihat kualitas asli Rio. Satu kata untuknya. Pintar.

Aku berat hati harus mengakui kalau Rio ini sangat pintar. Terlihat sangat menguasai apa yang dia kerjakan, ide – idenya briliant, cara berpikirnya luar biasa. Yah, mirip – mirip aku waktu masih muda dulu lah. Tapi sebenarnya aku dan Rio umurnya gak beda jauh.

Oke, aku akui, Rio lawan tangguh. Aku harus berhenti menyangkal ketangguhan Rio. Dia hampir memiliki semua modal mendekati wanita, ganteng, pintar dan karir nya oke.

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang