I'M HERE FOR YOU

9.9K 1.1K 7
                                    

Aku mendengar langkah orang masuk kedalam apartemen. Aku melongok kearah pintu masuk,dan tersenyum ceria melihat mas Aksa yang sudah pulang. Wajahnya tidak terlihat senang, kusut, tapi masih memaksakan senyum kepadaku. aku sepertinya tahu apa yang terjadi. Tapi sebaiknya biar dia yang memulai cerita itu.

"Assalamualaikum" sapanya sambil berjalan masuk kedalam, meletakan kunci mobil pada tempatnya dan memperhatikan ku sesaat. Pandangannya aneh, tidak terbaca tapi seperti sedih. Aku menaikan alisku bingung dengan sikapnya. Aku tahu, pasti hasil pembicaraan tidak baik. Tidak akan pernah baik sepertinya selama isinya masih mas Aksa tidak mau meninggalkanku dan beralih ke anak kesayangan Ibu mertua ku itu. Aku sudah menduga memang tidak akan bisa terjadi hubungan baik antara aku dan Ibu.

"waalaikumsalam, bersih – bersih dulu gih. Habis itu makan siang ya, Nanta siapin sekarang makan siangnya buat mas" aku tersenyum manis kepadanya. Aku gak akan memberondong dia dengan pertanyaan. Karena percuma, hanya akan menambah kesuntukannya. Dan aku tidak mau dia jadi mengambil tindakan yang impulsif hanya karena aku merongrong penjelasan.

Harus ada yang mengalah disini, dan biarlah kalau itu harus aku orangnya. selama aku tahu, kalau apapun yang terjadi, dia akan tetap mempertahankan rumah tangga kami. dia tidak akan meninggalkan ku apapun yang terjadi. dan yang terpenting diantara semuanya adalah tidak berakhir mengalah dengan menikahi perempuan sialan itu.

Mas Aksa menyambut kata – kataku dengan senyuman dan dia berlalu meninggalkanku, masuk kedalam kamar kami. Sementara aku mulai memotong bahan – bahan aglio olio ku dan bergegas menyiapkan makan siang untuk suamiku. Semoga makanan yang lezat bisa sedikit mengobati kesuntukannya. Mas Aksa keluar sudah lebih segar, dia langsung menghampiriku dan mencium bibirku. Bukan kecupan, tapi ciuman yang dalam dan seperti orang frustasi. Aku menyadari itu, dan memutuskan untuk meladeni keinginannya sebentar.

Dia melepaskan pagutannya, sedikit menghela napasnya yang terdengar frustasi lalu dia mengecup keningku lama, "makan didepan TV aja ya? lagi pingin disitu" sahutnya sambil tersenyum. Senyumannya tidak secerah ketika dia akan berangkat tadi. Aku menghela nafasku resah, aku juga memaksakan senyuman sambil mengusap lembut kening dan rambutnya yang masih sedikit basah "yaudah, tunggu disitu aja dulu ya" lalu mas Aksa mengangguk dan bergerak kearah sofa, dia duduk dan menunggu didepan TV, menyalakannya dan mengganti – ganti channel TV, entah apa yang dia cari. Aku mengamati punggung nya yang tampak membungkuk dan sesekali mengusap wajahnya kasar.

Aku juga jadi ikut – ikutan tidak konsentrasi memasak. Aku merebus spagetti sambil melamun. Apa sebenarnya yang dikatakan Ibu pada mas Aksa? Apa Ibu mengultimatum mas Aksa kalau tidak menceraikan ku maka dia anak durhaka? Kalau benar seperti itu, aku benar – benar tidak habis pikir.

Dan tentunya aku takut. Aku takut mas Aksa harus memilih Ibu atau aku. pilihan yang mutlak tidak boleh mempertahankan salah satunya.

Jelas aku pasti kalah.

Yang jelas wajah mas Aksa siang ini terlihat kusut sekali, bahkan aku gak yakin dia paham apa yang di siarkan di TV itu. Kalau kalian mau tahu, dia berhenti di channel berita dalam bahasa Arab. Tapi tatapannya lurus ke arah TV, setahuku suamiku tidak fasih berbahasa Arab. Sudahlah, aku tidak mau mengganggu suasana hatinya yang sedang ingin merenung itu.

Aku menuangkan seporsi super besar spagetti aglio olio dengan tuna dan jamur keatas piring. Menaburkan sedikit keju parmesan dan chilly flakes diatasnya. Dan membawa piring itu ke mas Aksa. "lunch is ready.." sahutku dengan nada ceria. Aku harus mengembalikan mood nya kembali ceria dan bersemangat. Aku juga membawa dua gelas orange juice dingin.

Mas Aksa membantuku meletakan nampan diatas meja TV dan aku duduk disampingnya "kok cuma satu piring?" tanyanya heran, lalu aku mengambil piring yang isinya tumpah ruah itu dan menyodorkan garpu kepadanya "tau gak, romantisme Rasulullah sama istrinya itu, salah satunya makan sepiring berdua. kayak begini.." sahutku sambil menyodorkan segulung spagetti ke mulut mas Aksa, dan dia tertawa menyambut suapanku dengan semangat. Dia mengunyah lalu menelan spagetti di mulutnya. Dia tersenyum setelah menelan suapan pertama itu dan memuji masakanku.

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang