PERTEMUAN KELUARGA

12.3K 1.6K 37
                                    

Setelah proses mas Aksa melamarku, dengan caranya yang menurut ku sangat romantis dan menyentuh. Akhirnya kami maju ke tahap selanjutnya. Tahap yang menegangkan sebenarnya. Yaitu pertemuan kedua keluarga. Bingung bagaimana memfasilitasi pertemuan ini, mas Aksa mengusulkan agar pertemuan via virtual saja dulu, untuk menjembatani. Karena kalau mengundang kerumah, tentunya gak nyaman, mengingat kondisi sekarang ini.

Restaurant juga masih banyak yang belum menerima pelayanan Dine in, demi keselamatan bersama. Aku sendiri tegang, apakah keluarga mas Aksa berkenan dengan ide pertemuan secara virtual dulu? Tapi mas Aksa bilang oke – oke aja.

Aku meminta mas Aksa untuk tidak menyembunyikan apa – apa dariku. Aku harus tahu, kalau memang ada masalah. Aku tidak mau diam – diam ada api dalam sekam. Bencana karhutla aja diakibatkan bara kecil yang merembet ke seluruh penjuru hutan. Apalagi masalah beginian? Bisa kebakaran jenggot kemana – mana yang ada.

Keluarga mas Aksa kan keluarga terpandang, apalagi mami nya yang konon katanya, menjunjung tinggi darah ningratnya itu. Pasti maunya di acarakan dengan sangat proper. Tapi mas Aksa terus meyakinkan, bahkan sudah mensetting tanggal dimana kami akan melakukan pertemuan dua keluarga sebagai upaya perkenalan dulu saja. bagaimana juga papa dan pak Prama sudah lama tidak saling berjumpa.

"mas yakin?" tanyaku khawatir, beberapa jam sebelum dia mengumpulkan keluarganya. berikut mbak Astrid dan suami yang belum bisa datang ke Jakarta, namun akan disambungkan via jaringan skype juga nantinya. Kenapa skype? Kata mas Aksa, kalau pakai zoom berasa mau kerja banget.

"yakin, sayang... hey kamu udah janji kan belajar percaya sama mas?" ucapnya sambil mengancingkan kemejanya. Eiittss... jangan pada porno dulu, dia pakai kaos dalam berwarna putih berlengan juga sebelum dia mengenakan kemeja berwarna navy blue. Sebenarnya kemeja kerja, cuma dia merasa perlu rapih aja kali ini.

"mas beneran gak nutupin apa – apa kan dari aku?" tanyaku, dan dia tertawa sambil menggulung lengan kemejanya sampai ke siku.

"nutupin aurat aja kalau sekarang sih, belum hak nya kamu lihat" ucapnya, aku cemberut setengah mati. Dan dia malah tertawa "gak ada yang di tutupin sayang, udah dong jangan manyun gitu. Kalau manyun, mas majuin nih tanggal akad nikahnya"

Aku sontak membelalak mendengarnya. Baru kali ini, ada cowo tiap ngambek ngancem nya mau majuin tanggal akad. Semakin aku membelalak, seringai jahilnya makin menjadi – jadi, mentang – mentang dia kemarin iseng cek ke KUA dan dapat tanggal bagus sekitar 2 bulan kedepan, dan seenaknya langsung dia book.

****

Aku, papa dan mama akhirnya duduk berjajar di sofa ruang keluarga. Aku sudah menyiapkan laptopku, dan menunggu panggilan dari mas Aksa datang. Nervous, itu yang kurasakan. Aku takut ide ini meninggalkan kesan yang tidak baik. Kalau papa mamaku sih santai, karena memang sekarang kondisinya begini.

Panggilan masuk, aku memencet menerima dan tidak lama muncul tiga wajah di layar, mas Aksa yang duduk ditengah juga seperti aku, dan bapak, Ibu nya dikedua sisinya. Bapaknya tersenyum dan mengenakan kemeja santai, ibunya pakai entah apa itu silau sekali bajunya penuh manik – manik. Wajahnya gak usah ditanya, asem. Kalah kedondong.

Tidak lama ada satu peserta lagi muncul, mbak Astrid yang cantiknya makin ampun – ampunan, dan suaminya yang ternyata guanteng nya nyaingin mas Aksa. Aku akui, keluarga mas Aksa ini memang dianugerahi gen wajah ganteng dan cantik yang agak over dosis. Bahkan aku curiga pak Prama ini ada blasterannya, kalau Ibu nya sih kelihatan indonesia asli, dan sebenarnya cantik.

Kalau senyum..

"assalamualaikum Om, Tante" sapa mas Aksa dengan senyuman yang sangat sumringah. Bapak nya pun tampak happy – happy aja.

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang