MAU SNACK APA LAGI?

21.9K 3K 151
                                    

Awal – awal work from home, rasanya kayak holiday. Bisa pilih sendiri spot kerja mau dimana, gak harus pakai baju rapih – rapih banget. Bisa kerja sambil bebas ngemil. Kan kalau di gedung, kita suka kepentok aturan dari gedung, dimana tidak boleh makan di work station, tidak boleh makanan yang ber aroma tajam dan lain – lain. make sense sih, karena sekali ada tikus didalam gedung, itu nguber nya susah banget, dan kalau sudah ada bau makanan, walah, itu rasanya muter aja terus gak keluar – keluar si aromanya,

Tapi, lama kelamaan bosan juga. Belum lagi, beberapa pihak, jadi merasa kerja bisa jam berapa aja, gak mikir pihak lain pingin istirahat. Kadang aku terima email atau telpon dari external partner, diatas jam 8 malam. Rasanya itu mengganggu banget. Kalau ngomongnya baik – baik, kalau pake mrepet ngomel – ngomel, panjang x lebar x tinggi udah kayak hitung volume persegi panjang ( ini satu – satunya ilmu warisan masa putih biru yang ku ingat, sisanya selamat tinggal ) dan ujung – ujungnya aku gak paham, mereka sebenarnya mau sampaikan apa padaku.

Dan parahnya, external partner ini, juga bebas mengeluarkan surat teguran padaku kalau aku dianggap menghambat pekerjaan. Dan ini akan mempengaruhi performance review ku.

Sesiangan ini, aku nge host 3 meeting, pagi seperti biasa meeting team, jeda beberapa jam saja, aku lanjut meeting dengan BPPT yang terdiri dari pak Benny, Pak Aksa dan dua orang BPPT, untungnya meeting yang ini adem ayem saja, gak pake acara sindir – sindiran dan salah – salahan.

Naah... yang ketiga ini nih... dari awal aku emang udah sebel, sama ibu satu ini. kalau ngomong udah kayak di pasar, kencang, pedes, judes, isinya nyalahin orang mulu. Seolah – olah KPI nya dia memang untuk nyalahin orang melulu. Padahal gak jarang dia yang lalai dalam menyampaikan informasi dari pihak internalnya.

Ribetnya kerja di NGO ya kayak gini, kita kerja gak hanya dengan satu institusi, kita bisa kerja dengan 2 sampai 3 institusi. Kita harus masuk team di departemen itu dan kementrian ini. belum kalau sudah urusan mengatur meeting, kadang lokasi meeting aja bisa jadi masalah besar. Semua orang maunya di entertain.

Dengan hutang MoM yang bertumpuk, belum lagi report – report yang due nya bersamaan. Meeting baru selesai di pukul 5 sore. Yang berarti, aku baru akan mulai bekerja untuk diriku sendiri, ya, diatas jam 5 sore itu. Aku sudah membayangkan lembur sampai tengah malam.

Aku akhirnya memutuskan untuk mandi sore dulu, supaya badan dan pikiran ku lebih segar. Rasanya melegakan sekali, merasakan kucuran air hangat dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Sayangya, kucuran itu tidak bisa melunturkan suara ngomel – ngomel si ibu tadi dari kepalaku, masih aja rasanya aku kesal.

Jadi teringat rentetan omelannya,

"Ananta ini kan orang lama, seharusnya paling update dong soal ini, katanya sudah di urus ke SUCOFINDO, kenapa tidak ada kabar lagi? Apa selama itu mengurusnya? Jangan jadi obstacle di pekerjaan ya Ananta, saya ini selalu susah lo bicara sama Ananta, selalu jawabannya, saya konfirmasi dulu ke bu Magdalena, kalau kamu kerjanya tidak bisa mandiri begitu, terus bergantung sama Ibu Magdalena, ya kamu menyusahkan orang banyak dong Ananta"

"arrrggghhh..." keingat rentetan kalimat resek ibu tadi, padahal aku ini apa sih? Hanya PA yang biasa ngurusin urusan general bukan teknikal. Masalah update process di beberapa tempat, ya bukan urusanku. Lagian urusan komunikasi dengan SUCOFINDO waktu itu, bukannya tanggung jawab dia? Kenapa dia sekarang lempar granat ke kami? ke aku tepatnya.

Aku mengeringkan rambutku dengan handuk, memilah – milah channel TV. Aku meraih ponselku, ada sebuah pesan whatsapp masuk.

Aksa Hananto : masih bete?

Hee..? bete kenapa? perasaan aku gak marah sama dia?

Me : bete?

Dia tidak membalas pesanku, aku berusaha mengingat – ingat emang kapan aku marah sama dia? Kami memang hari ini marathon meeting bersama dengan 3 pihak. Aku memang hanya jawab "maaf" ke ibu – ibu mulut mercon itu tadi, selebihnya aku hanya diam, membiarkan pak Aksa dan pak Benny ambil alih. Walau si ibu masih aja sebut – sebut namaku "ya Ananta ya, di ingat, jangan nanti kamu gak tahu – gak tahu lagi".

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang