BERASA DITODONG

12.1K 1.7K 32
                                    

Sesuai saran mas Aksa, aku akhirnya sholat Istikharah beberapa hari ini. dan aku masih belum juga menemukan jawabannya. Hatiku rasanya masih terus dipersimpangan. Aku meragu, apakah rasaku cukup kuat, untuk memutuskan menikah dengan mas Aksa?

Aku merasa, aku butuh perasaan yang kuat, untuk menentukan jawaban, karena apa? ibu nya itu loh... dia sepertinya akan jadi PR berat untuk ku. apa modalku untuk bertahan, kalau aku ternyata gak cinta amat sama mas Aksa?

"aku gak pernah mikirin, kalau perasaan kamu ke aku itu, harus sebesar perasaan aku ke kamu"

Dia bahkan pernah bicara seperti itu. Kalau perempuan lain mungkin akan langsung terkapar – kapar ya dengarnya. Kalau aku, terus gimana jalaninnya? Bukannya butuh cinta yang kuat, supaya kita juga kuat jalanin segala cobaan? Buat aku cinta itu sumber kekuatan.

Tapi nyatanya Donny yang dulu ku cintai teramat sangat, akhirnya sekarang juga berakhir ku benci teramatsengit. Jadi theory cinta itu sumber kekuatan juga gak kuat dong? Jadi landasan pernikahan yang kuat apa dong?

"tapi sampai sekarang juga, kamu gak pernah meminta dia mundur kan Ta? Jadi sebenarnya kamu mau apa nggak? Jangan kelamaan di gantungin gitu ah" titah mama yang sedang berkutat dengan pesanan risoles nya hari ini.

"ya gimana dong ma? Nanta udah sholat Istikharah masih gak ada juga jawabannya" cemberutku sambil membantu mama membalurkan tepung panir pada gulungan risoles.

"jangan di bejeg – bejeg gitu Ta... hisshh itu pesenan orang" ucap mama sambil menepuk punggung tanganku dan mendelik. "jawaban itu macam – macam Ta, gak harus terang – terangan , tiba – tiba kamu liat Aksa, terus kamu jadi keikutan kebelet nikah. Jawabannya itu bisa macam – macam, bisa dengan tanda – tanda"

Aku mengerutkan keningku bingung "tanda – tanda gimana ma?"

Mama mulai menggoreng risoles demi risoles, suara desisan minyak terdengar merdu. Elah dasar tukang ngemil, suara desisan minyak di bilang merdu. "ma.. lebihin yah, buat mas Aksa" ucapku sambil cengar – cengir, mama sukses mencebik.

"yah itu, salah satunya tuh yang kayak gitu Ta. Kamu aja yang belum nyadarin" ucap mama sambil menyisihkan 10 potong "nih jatah kamu, buat Aksa aja" aku langsung cemberut, kenapa jadi jatahku yang lenyap.

"kayak gitu gimana sih? Apa yang Nanta belum sadarin ma?" tanyaku lagi. Sambil memperhatikan mama yang menggoreng risoles dengan sangat hati – hati, seperti merawat anak sendiri. pasti risoles – risoles ini saingan berat sama kedelai Malika deh perawatan dan curahan kasih sayangnya.

"Nanta gak yakin sama Aksa, tapi kamu terus kasih Aksa kesempatan. Kayak kepingin Aksa terus berusaha meyakinkan kamu. kamu gak pernah minta Aksa untuk berhenti. Kamu gak sadar, kalau setiap tindakan kamu, justru semakin merekatkan ikatan diantara kalian. Nih contohnya" mama menunjuk 10 potong risoles "kepikiran aja kan kamu untuk nyisain untuk Aksa? Ini namanya apa? Nanta sayang sama Aksa kan?.,

Kadang, memang gak harus langsung jatuh cinta Ta, tapi bisa dari sayang dulu, dari perhatian dulu, cintanya entah nanti – nanti baru sadarnya.,

Kamu tahu, kapan mama sadar kalau mama jatuh cinta sama papa? Sebelum mama dapat kamu, mama keguguran tiga kali. Mama rapuh, hancur banget rasanya. Tapi mama lihat papa yang selalu kuatin mama, besarin hati mama, perhatikan mama, sayang sama mama. Sampai suatu malam, mama lihat papa diam – diam nangis, ternyata papa itu nyimpan kesedihannya sendiri demi mama tetap kuat. Disitu mama terenyuh, disitu mama sadar, kalau mama takut kehilangan pria seperti papa, disitu mama baru sadar, kalau mama cinta sama papa.,

Yah kurang lebih itu sudah hampir satu tahun lah menikah"

Aku tercenung, jadi awal mama dan papa menikah, mama dasarnya apa?

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang