KITA ITU MASA LALU, TANPA MASA DEPAN

14.9K 2.1K 83
                                    

Masker pesananku untuk mas Aksa sudah datang, aku ingin segera mengirimkannya. Aku membeli 5 buah masker berbagai motif, 3 bermotif club basket ternama dan 2 lagi bermotif abstrak sepatu – sepatu sport dan motif monocrome.

Mas Aksa belakangan selalu mengeluh hanya memakan – makanan cepat saji yang membosankan. Karena terlalu lelah untuk memasak makanan. Biasanya dia menyempatkan untuk memasak masakan sederhana, atau menggoreng telur. Aku bingung kenapa mas Aksa tidak tinggal bersama orang tuanya, atau minta untuk di kirimkan makanan dari rumah orang tuanya.

Dia merengek minta ku masakan sesuatu, hanya karena aku cerita sedang memasak spaghetti. Aku kasihan melihatnya, karena dia memang sedang sibuk sekali. Menurutnya ini sedang bulan – bulan mahasiswa banyak yang mengejar skripsi nya selesai, sebelum pergantian semester, dan musim sidang juga. Jadi otomatis mas Aksa juga seperti dikejar target.

Aku akhirnya menyempatkan diri untuk ke supermarket. Aku menyiapkan keperluan untuk pergi ke supermarket, seperti shopping bag, hand sanitizer, semprot disinfektan untuk gagang trolley, tentunya masker dan faceshield. Aku mengendarai mobilku menuju supermarket di daerah kemang.

Sebenarnya ada supermarket didekat rumah, tapi tadi kulihat antriannya mengular dan aku takut membayangkan didalam sana berdesakan. Jadi aku memilih ke supermarket di daerah kemang, yang sepertinya akan lebih sepi, walau agak jauh. Hitung – hitung sekalian refreshing, melihat pemandangan lain selain tembok rumah.

Aku memarkir kendaraan ku, aku masih menata diriku didalam mobil, sekitar 10 menit. Lalu jendela mobilku di ketuk – ketuk oleh seorang laki – laki, berperawakan cukup tinggi, badannya tidak kekar tapi juga tidak ceking, biasa saja, kulitnya kuning langsat, rambutnya hitam dan cepak. Matanya sangat familiar dimataku.

Aku berusaha mengingat – ingat mata itu, dia menurunkan sedikit maskernya "Ta... ini aku Donny" aku mendadak membeku, dia kembali menaikan maskernya. Aku ragu – ragu, apa aku harus menurunkan jendela? Ya aku gak mungkin mendadak tancap gas juga kan?

Bagaimana dia tahu ini aku? Aku bahkan belum turun dari tadi. Oh iya, jangan lupakan Donny adalah pria yang selalu ada di hari – hariku dulu, tentu dia hafal plat mobilku, yang juga terlalu mudah di hafal B1996NTA.

Berhubung aku gak mau jamuran didalam mobil, akhirnya aku menurunkan jendela mobil. Bingung, harus senyum apa gimana, it's been almost 2 years dan aku gak pernah sekalipun komunikasi sama dia. Pertemuan terakhir kami yah, pas Donny kerumah sama orang tuanya itu. Bukan perpisahan yang baik, yang bakalan memposisikan kami disuatu saat nanti, bisa papasan dan teriak – teriakan 'heeey apa kabar lo? Anak lo udah gede ya? salim dong sama tante'

Yang ada 'nih dia begundal yang udah ngacak – ngacak hidup gue, sama selingkuhannya' terus buang muka dan pura – pura gak kenal. Bener kan dia selingkuh? Mau dia bilang khilaf kek, cuma satu kali itu kek, apa kek, intinya dia selingkuh kan?

Tapi yasudahlah,aku juga sekarang udah punya Aksa Hananto yang jauh lebih baik dari dia ( aamiin ), iya doong, seumur – umur mana pernah lihat Donny denger tausiyah? Dia berangkat sholat jumat aja udah syukur banget.

"hey Don... sorry gak ngenalin aku kira siapa gedor – gedor" dia terus berdiri dan mensejajarkan posisi dengan jendelaku. Ini maksudnya gimana ya? aku kan gak bisa keluar dari mobil "Don.. boleh geser gak? Aku mau turun nih" pintaku, dia langsung berdiri dan bergeser agar aku bisa keluar dari mobil.

Ternyata Donny juga menuju tempat yang sama, ya iyalah, lawong cuma ada satu gedung supermarket disini. dan dia jalan ngejejerin aku terus, jadi risih kan.

"ngapain Don kesini?" tanyaku, ya belanjalah Ananta ya kali Donny disini mau ngepel. Aku celingukan, gak ada tanda – tanda ada istri atau anaknya.

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang