BONUS PART 2 (AKSA )

9.3K 888 17
                                    

Aku tahu ini proses nya terbalik. Seharusnya aku memberitahu bapak dulu baru tanda tangan kontrak. Tapi anggap lah ini situasi darurat, kalau aku kasih tahu bapak dulu, nanti nego nya kepanjangan, jadi mending aku tanda tangan dulu. Baru kasih tahu bapak.

Jadi? Yah gitu lah, bapak mau gak mau harus setuju dulu. Kalau aku gak bisa menambah jam kerjaku di perusahaan sampai satu tahun kedepan.

Licik? Nanti aku bilang bapak, demi masa depan generasi penerus keluarga Hananto, yang aku maunya dari Ananta aja lahirnya.

Aku sedang duduk dihadapan bapak yang sudah memberengut kesal bercampur mangkel alias nesu kepadaku. aku hanya bisa menggaruk – garuk tengkukku yang tidak gatal, sambil sesekali melirik bapak sambil meringis. Percis kejadian pertama kali bawa kabur mobil padahal belum punya SIM buat sok aksi jemput cewe.

"kamu sudah janji tahun ini mulai banyakin fokus ke perusahaan. Kenapa berubah lagi? wong lanang kok mencla – mencle!" tanya bapak kepadaku dengan tatapan tajam. " bapak ini sudah tua le, sudah waktunya kamu harus mulai belajar menggantikan posisi bapak"

Aku menyengir lagi sambil melirik bapak "tapi kan bapak kayak Richard Gere. Makin tua makin memukau" ucapku sambil mengacungkan jempol, dan aku malah di keplak pakai gulungan koran. Mbak Astrid yang sedang bertandang ke Jakarta sekalian urusan bisnis, hanya cekikikan melihatku.

Dia sudah tahu ceritanya. Kakak perempuan ku satu – satunya, yang bisa jadi kakak, sahabat tapi jangan salah, bisa sekaligus jadi lawan tanding juga kalau sudah urusan nyinyir – nyinyiran.

"bocah wis tuwek ngomong sak kepenake" sungut bapak sambil merapatkan lagi gulungan korannya dan bersiap menggeplak ku lagi. tapi aku langsung menutupi kepalaku dengan menyilangkan tanganku diatas kepala.

"cuma setahun pak. Kontraknya cuma setahun, habis itu Aksa janji, gak ambil – ambil job konsultan lagi. visi misi nya bagus pak" jawabku antusias, mbak Astrid mencebik sambil melirikku malas.

"visi misi NGO nya? Apa visi misi mu? yang jelas Sa, kalau ngomong. Sok visi dan misi segala, heleh gayamu" sahut mbak Astrid menyebalkan. Aku memelotot kepadanya, bisa – bisa bapak ngamuk kalau sampai tahu soal ini. Bapak sepertinya mengendus aroma – aroma ada udang dibalik bakwan, mulai melirikku curiga,bapak orangnya gak bisa di bohongi, dia tahu kapan dia sedang di akali. Mungkin karena kami terlalu sering ngerjain bapak, jadi lama – lama dia tumbuh menjadi seorang expert dalam membaca gelagat ngawur anak – anaknya.

"ada apa ini sebenarnya?" tanya bapak sambil melihatku dan mbak Astrid bergantian. Mbak Astrid hanya cekikikan menyebalkan. Dan aku hanya menatap mbak Astrid kesal.

Aku akhirnya menggaruk – garuk kepalaku lagi, dan bapak semakin menatapku curiga tingkat dewa. "jadi gini lo pak..."

"Aksa naksir cewek paaak... bapak kok kayak gak paham sih? Lawong dari tadi duduk aja pantat nya gak mau diem gitu, usrek aja." sahut mbak Astrid cepat. Bapak membelalakan matanya kearahku. Menatapku tidak percaya. Karena aku memang gak pernah naksir cewe sampai jumpalitan seperti ini.

"hiss... kamu nih ya mbak, ngeselin" sahutku, lalu berdeham "gini pak, gak cuma mau ngejar perempuan pak. Masa iya Aksa kayak gitu. Malu lah sama titel Aksa"

Mbak Astrid mencibir ku sambil menyesap teh nya lagi, persis gaya ibu – ibu arisan. Aku suka heran, suaminya bisa sampai bisa terseok – seok bertekuk lutut sama perempuan bengis ini. Tapi emang dia kalau ke suaminya mendadak manja kayak anak kucing sih.

"kebetulan ini tawarannya bagus pak. Aksa belum pernah handle yang pengolahan limbah merkuri begini. Ditambah..." aku melirik bapak lagi, dan bapak masih memicingkan mata kepadaku. mukanya masih kesal.

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang