ITU URUSAN KAMI

10.1K 1.4K 29
                                    

Aku dan mas Aksa akhirnya sepakat, apapun yang terjadi masalah kehamilan dan segala perencanaannya tidak akan kami ungkap ke siapapun, terutama Ibu. Biar itu menjadi rahasia dan urusan kami berdua. Dan, demi aku mendapatkan penjelasan yang lebih akurat dan sehat untuk kebutuhan jiwaku, akhirnya mas Aksa dan aku menemui seorang dokter kandungan, yang tentunya bukan sesuai referensi dari Ibu.

Walau mas Aksa merasa ini semua belum perlu, tapi dari pada aku terus – terusan menggoogling untuk menjawab rasa penasaran dan resahku, dan berakhir malah membuatku merasa tertekan karena jawaban dari artikel – artikel yang tidak menenangkan. Menurutnya lebih baik kita bertatapan langsung dan berinteraksi dengan pakarnya. Agar penjelasannya lebih masuk akal, dan sesuai dengan kondisi pasien.

Disinilah aku sekarang, duduk diruang tunggu yang nyaman namun sepi. Ya memang orang mengurangi intensitas ke rumah sakit di era pandemic seperti ini. aku pun akhirnya mengunjungi obgyn rekomendasi mbak Vita.

Mbak Vita pun berpendapat sama seperti mas Aksa, ketika aku menghubunginya dan meminta referensi dokter kandungan yang bisa kutemui.,

"baru sebulan married ngapain panik amat ke obgyn, santai aja kali"

Aku gak mungkin kan cerita ke mbak Vita kalau aku jadi kelojotan gara – gara mertua. Dia malah menambahkan.,

"sebulan married mah gak usah mikirin hamil, Ta. Jagoin aja dulu bikinnya"

Ucapnya sambil tertawa terbahak – bahak gak karuan, tapi dia tetap kasih sih akhirnya nama obgyn rekomendasinya, dan dia praktik di RSIA yang bukan rujukan covid. Jadi aku bisa sedikit tenang untuk datang berkonsultasi.

"Ibu Ananta Rahadian Putri" panggil perawat berbaju ungu dan mengajakku untuk masuk kedalam ruangan obgyn tersebut. Didalam tampak seorang pria yang sudah paruh baya, sepertinya cukup senior, duduk dikursi praktik nya dan menyambut kami dengan ramah. Kamipun duduk berhadapan dengan dokter yang memakai APD lengkap ini.

"jadi ada keluhan apa Ibu?" tanyanya ramah. Aku jadi diam, karena aku sendiri bingung keluhan apa ya? karena pada dasarnya aku gak punya keluhan apa – apa juga. Aku malah jadi lirik – lirikan dengan mas Aksa, dan dia hanya tertawa ringan.

"jadi gini dok.." akhirnya malah mas Aksa yang membuka omongan, dia menggenggam sebelah tanganku, dan menariknya ke pangkuannya "ada yang bisikin istri saya, kalau masalah kesuburan, lama cepatnya dapat keturunan, itu faktor genetik. Dan kebetulan ibu mertua saya memang mengalami beberapa kali keguguran sebelum dapat istri saya, lalu setelah dapat istri saya beliau mengalami lost infant di usia 9 bulan. Nah istri saya jadi uring – uringan dan stress. Dia takut kejadian yang sama juga menimpa dia, apalagi dia merasa sampai sekarang belum hamil. Padahal kami juga menikah baru sebentar banget"

Aku hanya meringis karena mas Aksa pakai laporan kalau aku stress segala. Dokter yang professional ini hanya mengangguk paham "kira – kira Ibu tahu penyebab kegugurannya apa? dan kalau boleh tahu, sudah berapa lama menikah?"

Mas Aksa lagi – lagi menjawab "satu bulan lewat beberapa hari dok" aku semakin malu waktu mas Aksa menjawab kami baru menikah selama satu bulan dan sudah seperti kebakaran jenggot.

"Kalau masalah kegugurannya saya kurang tahu dokter, saya masih kecil banget waktu itu. Tapi waktu hamil saya, Ibu saya itu katanya harus bed rest total sampai masuk ke trimester kedua. Kalau waktu hamil adik saya, dia demam tinggi lalu tali plasenta terlepas. Katanya sih gitu" jelasku, karena part ini gak mungkin mas Aksa yang menjelaskan.

Dokter akhirnya mengajakku untuk tiduran diatas bed pemeriksaan, dan mengoleskan gel yang terasa dingin lalu menggerakan benda seperti mouse, yang aku tahu pasti bukan mouse computer lah, itu alat USG "Ibu sedang haid ya ini?" tanya dokternya, aku menggumam menjawab. Lalu dokternya menghentikan gambar dan menarik – narik entah apa seperti diukur – ukur "nah bapak ibu, ini adalah rahim ibu, ini kondisinya normal bagus ukurannya sesuai. Terus kita lihat lengkung tuba falopi nya ya?"

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang