I'LL FIND MY WAY BACK HOME

9.5K 1.2K 20
                                    

Ponselku berdering dan membuatku terjaga dari tidurku. Aku memang tidak memasang mode silent sejak mas Aksa pergi menjemput Ibu. Aku takut aku terlewat panggilan telepon dari mas Aksa. Aku melirik jam dimeja samping tempat tidur dan waktu menunjukan pukul 4.30 pagi. Mas Aksa menelponku. Walau mas Aksa berpesan anggap saja kita seperti jaman pacaran dulu, tetap saja, rasanya jauh berbeda.

Waktu kamu berpacaran, aku tahu mas Aksa walau jauh kondisinya baik, aku tidak khawatir. Dan sekarang, aku tahu dia disana sedang tidak baik – baik saja. dan setiap dering teleponnya selalu membuatku membeku sesaat, rasanya aku tidak siap mendengar apa yang akan dia ucapkan padaku lewat telepon. Rasa was – was itu menggelayuti ku terus menerus.

Aku segera mengangkat panggilan telepon itu, yang ternyata adalah video call "assalamualaikum" sapaku pada mas Aksa, yang sepertinya juga baru bangun. Wajahnya masih terlihat sangat mengantuk. Sedikit pucat pada bagian bibirnya. Dan itu sangat menyakitkan ku, Aksa Hananto ku tidak pernah sepucat itu wajahnya. Aksa Hananto ku senyumnya tengil, menyebalkan, bukan senyum yang menahan sakit seperti itu. Tapi dia masih selalu berusaha tersenyum kepadaku.

"waalaikumsalam, sayangnya mas... bangun sayang sholat subuh dulu" ucapnya sambil tersenyum. Aku mendengarnya sedikit terbatuk aku sontak diam dan hanya memandang kearah layar ponsel, wajah khawatir ku tidak bisa ku sembunyikan lagi. "hey.. malah bengong. Sayang.. kalau memang kamu takut mas kenapa – kenapa, sekarang waktunya ambil wudhu dan jangan lupain sebutin nama mas ya di doa kamu sehabis sholat" dia menjeda sebentar "selesai sholat mas telepon lagi ya? mas juga mau sholat subuh dulu. Okay? Yuk, keburu habis waktunya"

Aku berusaha menerbitkan senyum kepadanya, dan mas Aksa menyeringai puas karena merasa usahanya membuahkan hasil.

Aku akhirnya menuruti perintahnya. Aku berjalan perlahan ke kamar mandi dan mengambil air wudhu. Aku menunaikan ibadah sholat subuhku. Aku merindukan sholat berjamaah dengan mas Aksa. Merindukan mencium tangannya sehabis sholat dan dia mencium keningku sambil selalu membisikan bait doa. Dia sudah dirawat selama 3 hari, ditambah dia pergi 4 hari untuk menjemput Ibu. Total sudah 7 hari kami tidak bersama. 7 hari yang setiap detiknya terasa menegangkan.

Aku tahu, diluar sana banyak pasangan lain yang lebih mengenaskan. Pasangan yang tidak bisa berkumpul sudah berbulan – bulan, demi keselamatan bersama. Terutama mereka – mereka yang memiliki pasangan tenaga medis, mereka sudah tidak berjumpa sejak awal pandemic mulai menyerang. Dan aku baru 7 hari sudah cengeng? Aku tahu. Aku seharusnya tidak boleh cengeng, tapi nyatanya aku tetap menangis sesudah sholat. Tentunya aku mendoakan supaya mas Aksa dan Ibu lekas diberi kesembuhan.

Kalian pasti tidak akan percaya, kan? aku mendoakan Ibu? Tapi aku harus, dan aku tidak terpaksa. Bagaimanapun dia adalah wanita yang melahirkan suamiku ke dunia, tanpa dirinya aku tidak akan pernah menjadi Nyonya Aksa Hananto. Mungkin aku menjadi istri dari seorang laki – laki yang tidak sebaik mas Aksa.

Suka tidak suka, Ibu lah wanita yang berjasa membawa mas Aksa, pria dan suami yang sangat baik itu ke, ke dunia. Dan menjadi suami terbaikku.

Dan aku yakin, mas Aksa juga tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Ibunya. Dan kondisi Ibu sekarang mengkhawatirkan. Berita terakhir yang ku dengar dari mbak Astrid adalah, Ibu harus dipasangi ventilator dan dipindah ke ruang ICU. Jujur perasaanku tidak enak, tapi aku berusaha menepis pikiran burukku itu. Aku juga tidak mau hal buruk menimpa Ibu. Karena itu tentu akan melukai hati mas Aksa juga.

Bagaimanapun, kestabilan emosi mas Aksa sekarang ini tentu akan sangat berpengaruh pada proses kesembuhannya. Imun tubuh dipengaruhi erat oleh kondisi emosi seseorang. Dan aku bertanggung jawab untuk menjaga kestabilan itu. Mama bahkan menekankan padaku untuk tidak menangis dihadapan mas Aksa. Simpan dalam – dalam sedihku didepan mas Aksa. Walau aku sendiri bingung, bagaimana caranya menyimpan kesedihan yang jelas – jelas nyata? Bahkan rasanya terlalu nyata sekarang ini.

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang