MISTERI COKELAT THORNTONS ( AKSA PART)

16.7K 2.3K 78
                                    

Gak kerasa, udah hampir 6 bulan gak berkunjung ke London. Bapak dan ibu, semua sudah kembali ke Indonesia. Mbak Astrid masih lanjut ambil sekolah Fashion Design di Paris. Mbak Astrid memang ditunjuk untuk melanjutkan dinasty usaha batik keluarga ibu di Solo, dan diharapkan bisa membawa pembaharuan di perusahaan itu.

Aku terus mendapatkan update tentang gadis kecil ku dari Wira, sahabatku di London yang kebetulan bekerja di KBRI London. Dulu aku dan Wira berkuliah di tempat yang sama pada jenjang s1, hanya saja Wira memutuskan untuk tidak melanjutkan ke jenjang s2, sementara aku melanjutkan sambil menerima tawaran menjadi asisten dosen.

Aku tertawa, menerima foto – fotoan hasil candid Wira. Dia tahu aku jatuh cinta pada Ananta. Dia bilang aku gila, tidak apa – apa, aku sendiri gak minta mata dan hati ini jatuhnya sama dia. Bahkan gadis – gadis cantik dan dewasa, yang tersebar di kota Birmingham ini, seperti makhluk tak kasat mata bagiku. Tiba – tiba gak ada yang terlihat menarik.

Yah gak tiap hari Wira kasih aku foto colongan, kalau pas kebetulan lihat aja pas Ananta berangkat bareng papa nya yang memang berkantor di KBRI juga. Kata Wira biasanya dia nyambung naik kendaraan lain ke sekolah.

Ya Allah bahkan judulnya aja masih ke sekolah banget dek... kapan kamu cukup umurnya. 

Wira mengirimi ku foto, ketika Ananta sedang berangkat sekolah. Dikuncir kuda, menggendong ransel, wajahnya seperti biasa, gak ada senyumnya. Lucu. Bagiku ekspresi wajahnya lucu, padahal dia cantik sekali kalau sedang tertawa.

"datang sini lo, foto sendiri, gue lama – lama di tangkep polisi foto – fotoin anak kecil dari jauh gini tiap liat tuh bocah habis pamitan sama babehnya di KBRI. malu sialan gue sama bapak - bapak KBRI. Belum babehnya kayaknya galak banget" aku sedang bertelpon dengan Wira, aku terbahak – bahak mendengar omelannya.

"tolong lah Wir... gue belum bisa balik nih, lagi padet banget kerjaan sama kuliah" jawabku.

"ck... anak 12 tahun lo taksir Sa...Sa.." dia tertawa pelan "kapan kawinnya lo kalo naksir dia?"

"kalo rejeki, gak akan kemana Wir... tungguin aja sampai gedenya. Siapa tahu, gue sama dia berjodohnya sekian belas tahun kemudian?" aku terkekeh geli, sekian belas tahun kemudian, berarti usiaku sudah kepala 3 dan dia baru kepala 2. Apa dia mau? Sekarang aja aku di panggil om.

"udah kayak sugar daddy lo yang ada, Sa. Emang cewe – cewe sana, gak ada yang cakep apa? yang kemarin ngintilin lo balik ke London, siapa namanya? Lisa? Cakep tuh" sambung Wira. 6 bulan yang lalu aku memang sempat main ke London beberapa hari, Wira menjemput ku di stasiun kereta. Dia betemu Lisa, teman kuliahku, pelajar Indonesia juga yang tiba – tiba ingin bareng denganku ke London, yang lucunya ketika sampai di London dia ternyata tidak punya tujuan mau kemana. 

Setiap main ke London aku selalu menginap di rumah Wira. Wira sendiri, sekarang bekerja di KBRI sebagai tenaga Internship, dia masih malas pulang, masih mencoba peruntungan mendapat kerja di Inggris. Berhubung aku menginap di rumah Wira yang isinya 3 orang laki – laki, tentunya aku tidak mungkin mengajak Lisa juga menginap di rumah yang sama. Akhirnya aku menemaninya mencari hotel terdekat dan ter aman, sementara aku di rumah Wira.

"Lisa... hehehe.." aku hanya tertawa "jelas cantik lah, orang dia juara beauty pageant gitu. Tapi.. nggak lah. Gak kuat, dompet koin nya dia aja, £300. Duit dari mana gue modalin cewe kayak gitu" padahal, aku memang entah kenapa tidak tertarik, disaat pria – pria di Birmingham, bersaing ketat mendekati Lisa.

"halah, bo'ong banget lo gak mampu modalin. Bilang aja kecantol anak kecil" Wira terbahak – bahak "udah sini balik, ajak ngobrol kek sekali – sekali. Jangan minta gue curi – curi foto mulu. Bentar lagi 17an kan biasanya pada kumpul tuh. Tawarin apa kek, jadi guru les kek" candanya dan aku terbahak - bahak mendengarnya.

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang