SENGIT

11.9K 1.6K 53
                                    

Setelah perdebatan alot antara mbak Astrid dan calon ibu mertua, yang disaksikan oleh ku dan mama juga mas Aksa via sambungan skype. Dimana ibu mertua bersikukuh agar lamaran dilaksanakan setelah pandemic agar bisa dilaksanakan secara proper. Akhirnya perdebatan dimenangkan oleh mbak Astrid.

Sepertinya mbak Astrid ini satu – satunya yang bisa berdebat alot sama calon ibu mertuaku, tanpa harus melancarkan aksi angkat kaki dari rumah seperti mas Aksa.

Oiya, perihal kisah mas Aksa yang angkat kaki dari rumah, sudah ku ceritakan pada papa dan mama. Aku sengaja menceritakan, untuk menjawab pertanyaan mereka, bagaimana hubungan mas Aksa dengan ibunya, sebagai gambaran masa depan rumah tanggaku dengan mas Aksa. Bukan gambaran yang bagaimana, tapi lebih kepada, apakah mas Aksa akan diam pasrah saja ketika rumah tangga kami di campuri oleh Ibu mertua nanti.

Sebenarnya bukan kami kagum pada kemampuan mas Aksa untuk angkat kaki dari rumah, tapi lebih ke secercah harapan, kalau mas Aksa akan melindungi rumah tangganya dengan baik.

Karena ibu Mertua ini memang benar – benar egois parah. Bahkan di hadapan calon besan pun, dia bisa melayangkan protes tanpa perlu basa – basi. Dan jujur saja, menyebalkan. Seolah dimuka bumi ini, gak ada orang lain yang perlu dia hormati, selain dirinya dan darah birunya,yang aku yakin kalau di sayat juga masih merah juga. Atau cenderung hitam kalau kebanyakan kolesterol.

Untung saja mamaku, sebagai suhu dalam menghadapi toxic mother in law, selalu berpesan.,

'Tanamkan dikepala, segila apapun kelakuan mereka, mereka tetap wanita yang sudah menghadirkan kehidupan pada suami mu. serahkan semua pada anak – anaknya, biar mereka yang take care tingkah ibu mereka. Kamu bagaimanapun orang luar'

Menurut mama juga, saat kita menerima lamaran dari suami kita, disitu kita harus mulai meletakan kepercayaan pada pria itu, kalau dia yang akan take care semua urusan tentang ibunya. Kita hanya perlu waspada dan jangan menjadi penghasut. Jadi intinya disini, kedewasaan dan kebijaksanaan mas Aksa lah yang menjadi peganganku.

Banyak pasangan yang bercerai karena ulah ibu mertua. Aku tentunya gak mau jadi salah satunya.

Dan mas Aksa juga sepertinya gak akan membiarkan itu terjadi. Tapi bukan berarti aku bakalan 100% selamat dari terjangan badai ibu mertua.

"kita cari win – win nya aja mas, jangan semua maunya Ibu ditentang" ucapku, sekarang aku sedang duduk disamping mas Aksa didalam mobil. Btw, kami sudah rapid test kemarin, memang bukan swab, tapi lumayan lah. Kami non reactive, makanya papa mengizinkan kami pergi bersama untuk mengurus pakaian acara lamaran sekaligus untuk pernikahan kami. kami sepakat untuk membuat pakaian berwarna senada, dan untuk mas Aksa akan dijaitkan kemeja berbahan sutera dengan warna senada model lengan panjang.

Sebenarnya tadinya aku mau pakai kebaya yang ada saja dirumah, tapi Ibu mencak – mencak gak karuan, katanya malu – maluin, kayak gak modal. Jadilah disini kami sekarang, berangkat ke penjahit yang kutemukan di Instagram, untuk mengukur kami berdua.

Tadinya aku mau warna pink, tapi mas Aksa sukses mendelik. Dia anti pakai warna pink. Akhirnya aku mengalah dengan warna soft blue.

"tapi maunya Ibu itu kebangetan Ta, masa dia mau undang seluruh teman arisannya dan kerabat nya di Solo? Dan minta acaranya di hotel segala, buat apa sih? Mending kan biayanya di save aja buat nanti akad dan resepsi. Mana resepsi maunya di ballroom besar, mau ngundang siapa juga?" mas Aksa menyetir sambil sungut – sungut, bahkan napasnya sengal – sengal, gimana nggak, dia ngomel sambil ditutupin masker begitu.

Aku tertawa melihatnya mangkel "udah ah, marah – marah melulu kamunya" aku menyenggol lengannya, dengan siku ku. dia menoleh dan tertawa pelan padaku.

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang