MISTERI BAPAK

12.8K 1.4K 27
                                    

Banyak yang bilang pernikahan dibawah 10 tahun itu banyak cobaannya. Yah kalau hitungannya aja sudah dibawah 10 tahun, apa kabar pernikahan yang ku yang masih berusia jalan satu bulan ini? cobaan semua dong isinya?

Ibarat bayi, satu bulan bahkan mungkin masih belajar menyusu dengan benar, jam tidur masih kacau, dan si Ibu masih berusaha membaca gelagat si bayi. Kurang lebih begitu lah hari – hari pernikahanku. Masih banyak kocar – kacir penyesuaian disana sini. Dari yang sepele sampai yang besar.

Masalah handuk basah diatas tempat tidur, tentunya masih ada. Tapi aku berusaha untuk gak mencak – mencak, karena terbukti gak efektif. Walau gak 100% lembut juga ngomongnya, karena jujur aja, kesal lihat bed cover jadi lembab.

"mas..sayang... handuknya..." titahku sambil merapihkan bantal di tempat tidur, dan mendelik kearahnya. Dan dia – yang sepertinya mulai kebal dengan pendelikan mataku - hanya akan menyengir, sambil buru – buru mengambil handuk yang asal dia lemparkan begitu saja. dan memang sepertinya aku harus menjadi petugas pengepelan lantai kamar mandi. Karena mengharapkan mas Aksa mau mengepel cipratan air, memang terlalu mustahil. Dari pada cape ngomel, mending aku pel sendiri saja lah.

"bapak kesini ya, sayang.. kamu ganti pakaian"

Nah ini salah satu kemajuan juga, setidaknya mas Aksa sekarang gak asal selonongonin bapak masuk lagi. Jadi aku bisa mengganti pakaian dengan lebih pantas. Gak seperti terakhir kali, aku masih memakai tanktop dan celana pendek sepaha. Ini juga setelah aku jelaskan panjang lebar, kalau niatku berpakaian minim didalam rumah, untuk menyegarkan mata suami. Tentunya aku risih dan malu, kalau sampai bapak lihat aku berpakaian kayak begitu.

"bapak makan gak?" tanyaku pada mas Aksa, aku sedang memeriksa isi kulkas, sedang tidak banyak bahan apa – apa. aku kira – kira bisa membuat sayur asem dengan lauk daging empal yang memang sudah aku stok di kulkas, tinggal dicairkan dan digoreng.

"pasti makan lah sayang, kenapa?" tanyanya sambil menyusun entah apa di ruang TV, sepertinya dia akan meeting lagi dengan bapak.

"ya gak apa – apa, cuma aku lagi gak banyak bahan aja, kita belum belanja lagi kan. paling aku cuma bisa buat sayur asem sama empal goreng. Gimana? Buah juga cuma ada pir nih, lagi gak bisa ngejus" sahutku sambil aku mengeluarkan daging empal beku yang kurendam air agar cepat mencair. Mas Aksa berjalan menghampiriku di dapur dan memelukku dari belakang. Menciumi pipiku berkali – kali, sampai aku merasa risih.

"apa ya ini.. pasti ada maunya deh" ucapku sambil memutar tubuhku meghadapnya, tangannya masih setia di pinggangku, sementara aku juga memeluk pinggangnya dan kepalaku mendongak.

Mas Aksa malah sibuk mengamati wajahku, seolah ada banyak spot yang harus di laser disana. Dia mengecup keningku beberapa detik, lalu melepasnya. Jangan bilang dia minta jatah, padahal barusan bilang bapak mau datang. Yang ada bapak malah jadi mirip polisi menggerebek pasangan mesum.

"kamu.. keberatan gak, bapak belakangan sering datang kesini, dan ngerepotin kamu masak – masak?" tanyanya dengan mukanya sungguh – sungguh "aku takut, kamu ngerasa kerepotan, dan risih bapak sering kesini. Belum kamu jadi gak nyaman dengan pakaian kamu. kalau memang kamu gak suka, bilang ya?"

Aku jadi mengerutkan keningku bingung, karena memang aku gak kenapa – kenapa. cuma heran aja, kenapa bapak repot – repot datang kesini, bukan kami yang diminta kesana. Bahkan mamaku selalu memintaku kerumah untuk mengambil makanan yang dia buatkan untuk kami. ada yang kurasa janggal saja dengan kunjungan bapak yang suka mendadak ini. dan selalu sendirian. Yah apa yang ku harapkan memangnya? Ibu mertuaku datang kesini? Lebih baik jangan sih, bisa – bisa setiap jengkal apartemen ini dia kritik pedas.

"loh, emang aku kayak keberatan? Aku gak apa – apa kok" jawabku sambil tanganku yang sudah berpindah mengalungi lehernya, mengusap – usap samping kepalanya. "jutru yang aku mau tanya itu..." belum selesai aku ngomong, bel pintu sudah berbunyi, yang berarti bapak datang. Dan sepertinya mas Aksa memanfaatkan keadaan itu untuk segera melarikan diri dari pertanyaanku selanjutnya.

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang