OM AKSA HANANTO

20.2K 2.5K 88
                                    

Aku Aksa Hananto, laki – laki biasa aja, cenderung kutu buku, tapi gak bisa di bilang pendiam juga. Mungkin orang nganggap aku aneh, karena aku menghabiskan masa muda dengan hobby ku yang belajar dan sekolah. Tapi aku bukan berarti gak bergaul juga, temanku banyak. Aku juga masih mikir pacaran, masih naksir perempuan.

Ayahku seorang yang berkiprah di dunia diplomatik, karir nya dari satu negara ke negara lain. jadi sudah makanan ku, sekolah berpindah – pindah dari satu negara ke negara lain. makanya, aku menghabiskan masa SD sampai SMA ku dengan teman yang kenal – hilang – kenal – hilang. Saking seringnya aku berpindah – pindah tempat.

Jabatan bapak sebagai duta besar berakhir di Inggris. Setelah itu bapak memutuskan untuk pensiun dari dunia diplomatik, dan melanjutkan membangun bisnis explorasi minyak dan gas bersama teman – temannya. Bisnis itu sekarang sudah meraksasa, dan menghasilkan pundi – pundi yang luar biasa.

Sedari awal, bapak memang sudah membicarakan masalah bisnis ini dengan keluarga, hanya saja bapak waktu itu hanya ber invest, tidak terjun langsung. Katanya, untuk cadangan profesi dikala pensiun. Karena basically, bapak sama seperti ku, tidak ingin pensiun.

Inilah cikal bakal aku mengambil kuliah jurusan pertambangan di Inggris, negara terakhir tempat bapak bertugas. Tak ku duga – duga aku jatuh cinta dengan jurusan ini, selalu ingin memperdalamnya lagi dan lagi. Sampai akhirnya aku lulus s1 dari sebuah Universitas di kota Birmingham, dan memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang s2 sambil aku menyambi kerja menjadi asisten dosen di Universitas yang sama. Aku sendirian, karena Ibu, bapak dan mbak Astrid sudah kembali ke Indonesia, setelah bapak purna tugas.

Di kota inilah, aku bertemu dengan dia yang selalu ku sebut dengan baby girl. Gimana gak ku panggil baby? Karena memang dia masih bocil kemarin subuh.

Dimataku, dia adalah seorang anak kecil yang menyebalkan tapi sekaligus menggemaskan. Suka merajuk, manja setengah mati pada mama dan papa nya. Semenyebalkan mataku yang gak bisa lepas dari memperhatikan tingkah nya yang benar - benar masih bocah banget.

Pertama kali aku melihatnya, adalah di malam penyambutan calon duta besar baru berikut dengan para Atase nya. Si baby girl ini, duduk sendirian di kursi paling pinggir, dengan wajah masam.

Sikapnya seperti enggan mengajak siapapun di tanah britania ini ngobrol. Mungkin kalau prince William menyapa juga dia cuekin. Wajahnya sangat masam. Tapi bahkan, dengan wajah yang ditekuk seperti itu, dia masih tetap terlihat cantik.

Susah emang orang kalau udah cantik dari sananya, mau lagi ngamuk juga cantik. Dan dari tadi dia manyuun aja sambil buka tutup hp nya.

Aku mentertawakan diriku sendiri, Aksa jangan gila, dia bahkan jelas terlihat anak kecil, walau wajahnya memang sangat cantik. Kulit seputih susu, rambutnya hitam sepundak lurus jatuh sempurna, matanya bulat, alis terbentuk sempurna tanpa perlu di rias – rias lagi, bibir kemerahan yang penuh – yang saat itu sedang dia kerucutkan karena ngambek.

"biasa lah mbak, baru masuk SMP satu semester, lagi seru – seru nya cerita punya geng baru di sekolahan. Eh di boyong keluar negri. Ngambek lah dia dari kemarin – kemarin. Habisnya gimana? Kalau ditinggal kan bahaya, anak masih 12 tahun begitu?" aku mencuri dengar pembicaraan mama dari si baby girl itu, dengan salah satu staf Atase yang kebetulan sedang berdiri disampingku, sambil menikmati jamuan makan malam.

Ooh... 12 tahun. Aku semakin mentertawarakan nasibku, naksir perempuan berumur 12 tahun, disaat aku sudah 23 tahun. Aku bisa di tangkap polisi, kalau sampai nekat memacari anak itu.

Kalau begini caranya sih, ya siap - siap gigit jari aja, Sa.

"liatin apa sih, dari tadi mbak perhatikan anteng banget nengok ke pojokan?" mbak Astrid menepuk pundakku dan menyodorkan sepiring pudding coklat padaku. Aku hanya cengengesan "oooh... dia.. iya mbak tadi liat, cantik banget ya. Bisa begitu masih kecil udah kelihatan bakat cantiknya.  tapi masih 12 tahun Sa.. gila kamu ah. Di tabok bapak kamu bisa - bisa" selorohnya sambil tertawa meninggalkan ku.

semua serba kilat (pandemic love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang