part 4

509 42 0
                                    


"Berusaha mengikhlaskan adalah sebuah keharusan
Karena kejahatan di balas dengan jahat pula sampai kapanpun gak akan pernah selesai"

Seorang gadis terbangun dari tidur nenyaknya, saat ia melirik jam weker yang ada diatas nakas sudah menunjukan pukul 5 pagi. Baru saja ia akan bangun, tiba tiba kepalanya terasa pusing badannya juga agak panas. Ini pasti karena semalam ia nangis terlalu lama, di balkon pula pasti dia masuk angin.

Saat dirasa pusingnya mulai tersa berkurang, lantas Ulfa sgera pergi ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya.

Tak butuh waktu lama gadis dengan lesung di pipinya itu sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.

Saat semuanya sudah siap, ia langsung turun ke bawah karena ia yakin pasti abangnya sudah menunggu.

"Pagi bang," sapa Ulfa,

"Pagi juga adik manja," jawab Faza, ya Faza adalah kakaknya Ulfa, dan dialah yang berperan menjadi Ayah sekaligus Bunda buat Ulfa.

"Tumben bangun telat, kenapa hm?" tanya Faza sambil mengusap rambut adik kecilnya itu.

"Gapapa kok Kak, Ulfa lupa pasang alarm," alibinya.

Tanpa sengaja tangan Faza menyentuh pipi Ulfa yang tersa panas,  apa mungkin adiknya ini demam, lalu ia menatap lekat lekat wajah adiknya itu. Benar, bibirnya juga terlihat sedikit pucat.

"Badan kamu panas, kamu sakit dek?"  tanya Faza khawatir sembari menempelkan telapak tangannya di kening Ulfa.

"Enggak kok kak, tenang aja Ulfa gak papa kok," jawab Ulfa tersenyum meyakinkan Faza.

"Maafin kakak Ana, kakak gak bisa jagain kamu, kakak juga khawatir mau nyerang Purnama dengan keadaan kamu seperti ini. Tapi kakak juga gak bisa batalin semuanya karena ini menyangkut the brave yang sudah dipermalukan oleh SMA Purnama karena dengan berani beraninya mengeluarkan kami, padahal Savior juga gak kalah nakalnya. Hanya karena dia anak pemilik sekolah, ia bisa semena-mena. Ini gak bisa kakak biarin Ulfa, tapi kakak janji kakak akan suruh Ezra untuk ngelindungi kamu, karena hanya dia satu satunya orang kepercayaaan kakak di SMA Purnama," batinnya.

"Hello! My brother brother ku yang ter... ter... terrr," teriak Ulfa sambil mengibas hibaskan tangannya di depan muka Faza.

"Ehhh Iya," ucap Faza sambil telonjak kaget.

"Yuk sarapan!" ajak Ulfa.

••••

Motor yang dikendarai oleh Faza sampai di pintu gerbang SMA Purnama. Ia melirik adik kecilnya yang sedang membenarkan rambutnya yang terkena angin. Lalu ia mengulurkan tangannya pertanda ia akan berpamitan.

"Aku berangkat ya kak," ucap Ulfa sembari tersenyum manis.

"Iya hati hati kelinci peliharaannya abang," balas Faza sambil mengacak rambut Ulfa gemas.

"Ish kok kelinci sih," protes Ulfa sembari memajukan bibirnya.

"Lah gak papa dong, kelinci kan comel."

"Yang bagusan dikit ke," ucap Ulfa.

"Iya iya bidadari kecilnya abang," balas Faza.

Ucapan Faza tersebut membuat Ulfa tersenyum senang, lalu ia pamit kedalam karena sebentar lagi bel berbunyi. Melihat Ulfa yang seceria itu membuat ia menjadi was was, apakah ia akan melanjutkan menyerang Purnama? Tetapi semua persiapan telah direncanakan secar matang, tidak mungkin ia membatalkan semuanya hanya karena keputusannya sepihak.

Tak lama setelah kepergian Faza, datanglah segerombolan anak muda dengan menggunakan motor sport mereka yang membuat geger seantero Purnama.

Gevan turun dari motornya, melepas helm lalu menyisir rambut dengan tangannya dan membalas tatapan semua orang dengan mengedipkan sebelah matanya.

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang