Seperti hal nya saat hujan
Akan ada orang yang mensyukurinya dengan sangat, dan ada sebagian lain yang malah mengeluah akan kehadirannya.Tapi ini bukan soal hujan, melainkan cara kamu menyikapi saat turun hujan
Lima orang pemuda malah diam termenung di warung belakang sekolah. Sekarang hari senin tapi tak ada satupun dari mereka yang berniat mengikuti upacara apalagi KBM. Mereka kompak untuk membolos, bahkan Galang yang moto hidupnya "Belajarlah sampai batas wajar" kini sama-sama membolos. Masalah yang mereka hadapi sekarang tidak main-main, tidak pula sesederhana membuat taktik tawuran seperti biasanya. Masalahnya semakin rumit karena ini berhubungan dengan sidikat mafia. Orang-orang licik dan kejam yang suka berlindung dibalik kekuasaan dan koneksi.
Manusia paling gak bisa diem diantara mereka sudah bosan dengan keheningan yang dari tadi melanda. "Ah udahlah pusing gue pada diem semua gini! Gomong kek masalahnya gak akan kelar kalau diem bae mh!" Asep yang gak bisa diem sudah frustrasi dia sekarang malah berjalan mondar-mandir di depan teman-temannya.
"Di rooftop itu gak hanya dua orang, tapi tiga orang!" Galang kini angkat bicara setelah dari tadi dia hanya diam sambil memperhatikan laptonya.
Lalu ia melihat slide berikutnya dimana foto tersebut diambil dari angel pinggir kanan. Foto jarak jauh yang dimana pada posisi tersebut tampak sesuai dengan posisi seorang sniper. "
Zidan dan Asep yang mendengar itu segera menghampiri Galang. "Maksud lo apaan Lang?" tanya Zidan yang kini sama-sama memandangi sebuah foto yang sedari tadi Galang perhatikan.
"Mana sih ah orang cuma dua orang juga, perasaan mata gue gak rabun deh, apa jangan-jangan lo punya mata batin Lang?!" tanya Asep menggebu sambil membuka lebar-lebar matanya.
Zidan yang kesal segera menggeplak cowok itu. "Ck bisa gak sih lo bodohnya simpen dulu!"
"Udah lanjut Lang, gimana menurut penglihatan lo?!" tanya Zidan lagi.
Galang mulai menunjuk gambar yang ada dihadapannya dan didalam foto itu Davi nampak membelakangi kamera. "Kalo dari belakang sini kita bisa lihat bahwa posisi tubuh Om Davi lurus ke depan sedangkan lawan bicaranya ada di sebelah kiri. Jika komunikasi antar dua orang pasti mereka akan berhadapan tapi ini tidak. Berarti kemungkinan ada satu orang lagi di sebelah kanan yang membuat Om Davi memposisikan dirinya lurus ke depan, jadi dia berada di tengah-tengah."
Dia juga mengslide foto selanjutnya yang diambil dari angel pinggir kanan. Foto tersebut diambil dari jarak jauh, hingga tampak Davi dengan seseorang yang tidak terlihat jelas wajahnya. Dengan cepat ia meng-zoom foto tersebut.
"Look-look Dan, meski fotonya gak jelas kok gue serasa gak asing ya dengan orang ini," ucap Asep sambil menepuk pundak Zidan.
"Dih sok inggris banget lo!" kelakar Zidan saat mendengar ucapan Asep barusan.
"Seseorang yang mengambil foto ini sepertinya sengaja menfokuskannya pada om Davi sehingga wajah orang ini tampak kabur," sambung Galang.
"Pertama kita cari tahu data-data tentang orang itu Lang, terus kita juga harus tanyain juga sama Om Davi karena dari foto tersebut pastinya dia pernah berinteraksi dengan tuh orang," Asep menimpali dengan kata-kata bijak yang baru kali ini bener.
Seketika Zidan meraba kening sahabatnya. "Gak panas, gak ada angin gak ada hujan tumben otak lo bener!"
Yang seperkian detik malah mendapat balasan geplakan maut dari sahabatnya. "Gue gak sebodoh itu ya!" elaknya.
Sedangakan Galang tangannya dengan lihai menari di atas keyboard laptopnya, hingga tak lama terpampang sebuah gambar lengkap dengan datanya.
"Pantesan dia termasuk DPO."
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVAN
Teen Fiction"Kesalah pahaman yang berujung penyesalan" **** Ketua geng motor biasanya dominan dengan pemimpin yang dingin dan jarang bicara. Namun berbeda dengan seorang Gevan Radithya Pranadipa seorang leader dengan segal...