"Mengeluh bukanlah cara yang ampuh,
karena bersungguh-sungguhlah yang harus kita tempuh."Seorang pemuda sedang asik bergelut dengan selimut dan dunia mimpinya, sedang asik-asiknya terlelap, tiba-tiba suara alarm alami membangunkannya.
"GEVANN!" teriak Nindy sembari menggedor pintu kamar Gevan dengan tidak santai.
Gevan yang sedang asik terlelap pun harus terbangun gara-gara teriakan menggelegar dari Tantenya itu. Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya Gevan membukakan pintu dan munculah seseorang yang sedang berkacak pinggang.
"Cepet bangun! Udah jam berapa ini!" ucap Nindy ngegas.
"Baru juga jam enam Tante," jawab Gevan dengan mata terpejam menahan ngantuk.
"Udah sana cepet mandi! Itu juga belanjaan Tante mana ladaku nyah?" tanya Nindy.
"Ladaku apa sih Tante?" Gevan malah balik tanya.
"Itu Gevan bumbu ladaku yamg Tante suruh kamu beli kemarin, perasaan Tante udah dimasukin bon deh itu ladaku tapi kenapa kamu gak beli?" tanya Nindy geram.
Saat mendengar dengan seksama apa yang Nindy katakan, Gevan baru ingat kalau ia sudah membelinya kemarin.
"Oohh itu Gevan udah beli kok Tan, ada dikresek," ucap Gevan.
"Mana? Nih kamu cari sendiri," perintah Nindy sambil memberikan kantong kresek yang berisi belanjaan itu pada Gevan.
Gevan membawanya, lalu mengeluarkan hasil dari teka tekinya tentang ladaku itu.
"Nih Tante," ucap Gevan sembari menyodorkan bon cabe, krupuk eksta pedas, mi samyang, dan satu pak kuaci ukuran besar.
"Apa-apaan ini! Kenapa kamu malah kasih Tante makanan kaya gini?" tanya Nindy.
"Lah itu kan ladaku nya Tan, ini lada," ucapnya sembari menunjuk pada jajanan rasa pedas "Dan ini ku ... yaitu kuaci, iya kan Tan?" tanyanya sudah PD sendiri.
"Jadi yang kamu maksud ladaku itu ... ini?" tanya Nindy balik.
"Iya, pinterkan Tante Gevan jawab teka-tekinya," ucap Gevan bangga.
"Kamu emang pinter Van," ucap Nindy tersenyum sambil mengelus kepala Gevan, tapi senyum itu membuat Gevan merinding. Tangan Nindy semakin melambat mengelus kepala Gevan.
"Iya pinter, pinter membuat orang naik darah!" teriak Nindy sambil tangannya menjewer telinga keponakannya yang super duper nyebelin itu.
"Awsh ... aduh duh kok di jewer sih Tan?" tanya Gevan sambil memegang telinganya yang terasa panas.
"Kamu pikir yang kamu beli itu bener iyah?" tanya Nindy.
Ucapan Nindy barusan mendapat anggukan kecil dari Gevan.
"Salah Gevan, salah ... ngapain coba kamu beli beginian Tante gak butuh, yang Tante butuhin itu Ladaku buat masak Gevan bukan yang kayak gini!" teriak Nindy dengan muka yang sudah memerah padam menahan kesal.
"Hehe maaf Tante salah ya?!" jawab Gevan nyengir kuda sembari merapatkan tangannya tanda minta maaf.
Bukanya melepaskan Nindy malah menguatkan jewerannya membuat Gevan memekik kesakitan.
"Awsh ... awsh, aduh ampun Tante ampun," mohon Gevan.
Saat dirasa sudah puas Nindypun melepaskan jewerannya.
"Ceper mandi terus berangkat sekolah, tapi jangan harap bisa bareng sama Novan, kamu berangkat sendiri dan jangan suruh teman kamu yang kemarin itu buat datang lagi kemari, jika dia masih pengen hidup!" perintah Nindy tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVAN
Teen Fiction"Kesalah pahaman yang berujung penyesalan" **** Ketua geng motor biasanya dominan dengan pemimpin yang dingin dan jarang bicara. Namun berbeda dengan seorang Gevan Radithya Pranadipa seorang leader dengan segal...