"Cobaan itu memang berat,
makanya kita harus kuat."
Setelah berbicara dengan Azam tadi, akhirnya Fazapun memutuskan untuk pulang. Dan sampai saat di depan gerbang, Faza heran kenapa Mang Adi tidak ada di post dan gerbangnya pun tidak dikunci, dengan cepat Faza membawa motornya masuk dan memeriksa keadaan adiknya.
Pemuda itu masuk dengan tergesa-gesa karena khawatir terjadi sesuatu terhadap adiknya. Namun saat ia berhasil membuka pintu utama, alangkah kagetnya Faza saat melihat Ulfa sedang berada di ruang tamu sambil memakan cemilan dengan tak santai dan mulutnya terus komat-kamit tak jelas.
Dengan perlahan Faza menghampiri Ulfa dan duduk disebelahnya, lalu memperhatikan Ulfa yang sepertinya tengah menahan kesal.
"Kamu kenapa dek?" tanyanya membuka percakapan.
Dengan tidak santai Ulfa membalikan badannya menjadi menghadap Faza, menubrukan badannya memeluk Faza dengan erat.
"Kenapa?"
Tak lama Ulfa melepaskan pelukannya tetapi kepalanya masih asik bersandar di bahu sang kakak.
"Ada orang gila masuk rumah!" jawabnya.
Sontak Faza langsung tercengang mebdengar penuturan Ulfa barusan, gimana ceritanya orang gila bisa masuk rumahnya.
"Kok bisa? Terus Mang Adi sama Mbok Nun kemana?"
"Pulang kampung semua, ibunya Mbok Nun meninggal."
"Kok bisa barengan sih?" ucap Faza kesal.
"Ya kan mereka suami istri, Abang gimana sih?"
"Ya tapi kan bisa kalau Mbok Nun saja yang pergi, bisa bahaya kan ninggalin kamu dirumah sendirian dengan kondisi kamu yang sekarang!" Faza mulai menaikan suaranya.
"Abang gak lihat Ulfa sehat walafiat," jawabnya sambil menegakan badannya lalu berputar di depan Faza.
Faza dibuat prustasi mendengar penuturan Ulfa, dan bisa-bisanya kedua suami istri itu menuruti permintaan adiknya dan meninggalkan Ulfa tanpa memberitahu.
"Yaudah iya terserah kamu, tadi katanya ada orang gila, dimana dia sekarang?" tanya Faza "Dan kayaknya untuk sementara Kakak akan minta Om Azam untuk mengetatkan kembali keamanan di rumah ini!"
Ulfa memutar bola matanya jengah saat sifat possesive kakaknya sudah kembali muncul.
"Ngapain toh sekarang Kapten di rumah ini sudah gak ada, adanya juga cuma kita berdua mana mungkin mereka mau!"
"Hush, dijaga kalau ngomong!"
Ulfa malah mendelik "Emang kenyataan kan? Sudahlah sekarang dari pada bete mending kakak anterin aku jalan-jalan!"
Faza hanya terkekeh "Ketahuan nih jomlonya."
Dengan kesal Ulfa menabok pundak kakaknya "Dih kaya situ punya pacar aja,"
Kalau sudah begini Faza mingkem deh jadinya "Yaudah sana siap-siap!" perintahnya berusaha mengalihkan.
Dengan cepat Ulfa pergi ke lantai atas dan bersiap-siap karena malam ini ia akan jalan bareng kakaknya.
Faza juga mengikutinya dari belakang ingin menuju kamarnya yang tepat bersebelahan dengan kamar Ulfa.
Baru saja Faza akan membaringkan badannya, tiba-tiba terdengar suara teriakan Ulfa.
"ABANGG!"
Dengan tergesa Faza bangkit dan berlari menuju kamar adiknya.
"Kenapa dek?" tanyanya sambil berusaha mengatur napas yang tidak teratur.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVAN
Teen Fiction"Kesalah pahaman yang berujung penyesalan" **** Ketua geng motor biasanya dominan dengan pemimpin yang dingin dan jarang bicara. Namun berbeda dengan seorang Gevan Radithya Pranadipa seorang leader dengan segal...