"Mencari peluang di kesempatan yang tepat"
Tampak sekumpulan pemuda tengah asik berbincang di sebuah ruangan ujung sekolah yang lumayan jauh dari keramaian. Itu yang biasa mereka sebut bascamp saat berada di lingkungan sekolah."Van? Lo gak ada niatan gitu buat nyerang kembali si Marconah?" tanya Asep sambil memakan kuaci yang mereka beli dari warung Bi Acih.
Zidan menoyor kepala Asep gemas, saking gemasnya dia pengen sekali mengeluarkan otaknya.
"Tangan masih pake gips aja udah mikirin tawuran! Sekalian aja kemarin gue ambutasi tangan lo, baru tau rasa!" ucap Zidan kesal.
"Baru juga tobat lo, masa udah ngajak tawuran, yaudah ayok!" Gevan langsung berdiri dan mengangkat kepalan tangannya seakan memberikan semangat.
Asep yang melihat itu, langsung berdiri "Kuy lah berangkat!"
"Van!" intrupsi Galang, membuat Gevan kembali ke posisi semula.
"Sans! Lagian siapa juga yang mau tawuran, lo aja sana sendiri!" jawab Gevan sambil melirik Asep.
Sang empu malah kesal sendiri dan kembali lagi duduk "Gak asik lo Van!"
"Anak-anak pada kemana?" tanya Gevan.
Zidan menjawab dengan sewot "Belajarlah! Emangnya elo kerjaannya bolos!"
Gevan melempar kulit kuaci ke arah Zidan "Gak ngaca lo!" ucapnya.
BRAKK!
Mereka saling pandang saat mendengar sesuatu yang jatuh dari luar. Sontak Galang berdiri dan berniat membuka pintu.
"Ngapain? Nguping ya lo?!" tanya Galang dingin.
Gevan yang mendengar nada dingin Galang, lantas beranjak. Apakah ada mata-mata di sekolahnya sehingga berniat mendengar pembicaraan mereka. Gevan sudah mengepalkan tangannya, jika ada seorang penghianat di sekolahnya maka sudah dipastikan besok dia akan dari Purnama.
Saat melihat seseorang berdiri di depannya dengan wajah ketakutan, seketika itu emosi yang tadinya akan membuncak lenyap entah kemana. Digantikan dengan rasa khawatir yang menelusuk hatinya.
"Ngapain lo disini?" tanyanya.
Mendengar suara keributan di luar membuat Asep dan Zidan penasaran dan menghampiri kedua temannya. Dan betapa terkejutnya mereka saat melihat gadis yang di klaim sebagai pacar oleh Gevan sudah berada di hadapannya.
"Eh ada Neng cantik, ngapain Neng bisa nyasar sampe kesini?" tanya Asep.
"Hati-hati Sep! Pawangnya di samping lo, jangan sampai tangan lo kena imbasnya!" peringat Zidan sambil menunjuk Gevan yang berada di sebelah Asep.
Pemuda itu melirik Gevan sekilas, yang memandangnya dengan tajam. Ia malah nyengir kuda dan mengangkat dua jarinnya, seolah meminta ampu.
"Hehe ampun Van, gak akan lagi deh suer!" ucapnya.
Ulfa melirik Galang sekilas yang memasang muka dingin, lalu menatap Gevan.
"Plis tolongin gue, gue lagi dikerjar-kejar Pak Botak!" Ulfa memohon sambil sebelah tangannya mengoyang-goyangkan lengan Gevan. Baru kali ini Gevan melihat gadis di depannya memohon-mohon kayak gitu. Seketika muncul ide cemerlang untuk menjahili gadis itu.
"Ngapain gue harus nolongin lo, emangnya elo siapa?!" Gevan berusaha memancing Ulfa untuk berkata jujur.
"Lu mah malu-malu bagong Van!" Zidan memukul pundak Gevan pelan.
Tak lama teriakan Pak Botak membuat gadis itu semakin kalut.
"ZULFANA! Kesini kau! Atau Bapak akan tambah hukuman kamu!" suara Pak Botak semakin dekat. Bisa mampus dia kalau ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVAN
Teen Fiction"Kesalah pahaman yang berujung penyesalan" **** Ketua geng motor biasanya dominan dengan pemimpin yang dingin dan jarang bicara. Namun berbeda dengan seorang Gevan Radithya Pranadipa seorang leader dengan segal...