Part 42

199 15 2
                                    

"Kecintaannya pada negara
Melebihi kecintaannya pada dirinya
Kesetiannya pada negara
Membuat ia rela jauh dari keluarga"


Sebelumnya author mau kasih tahu dulu nama samaran mereka dalam misi rahasia ini.

Sandera = Mutiara
Penjahat = Musang
Zainaldi = Lion
Azam = Tiger
Wahyu = Gagak
Rifal = Komodo
Dewa = Piton

14 Desember 2010

Di malam yang pekat ditemani udara dingin yang menusuk kulit tidak akan mematahkan semangat mereka yang siap untuk berjuang. Demi keutuhan ibu pertiwi mereka rela mati, dan demi keamanan negara mereka rela jauh dari keluarga.

Para pasukan komando sedang mempersiapkan diri untuk melakukan misi rahasia. Pertiwi sudah memanggil, mengobarkan semangat mereka yang siap untuk berjuang. Serumit apapun keadaan-nya keselamatan misi adalah yang paling utama seperti slogan mereka "Lebih baik pulang nama dari pada gagal di medan tugas!"

Para komando selalu menanamkan dalam hati mereka bahwa hidup dan mati hanya untuk negara. Jiwa korsa mereka tanam sangat kuat yang tidak akan pernah terpengaruhi oleh apapun.

Suara baling-baling pesawat yang memekikan telinga menjadi pertanda bahwa mereka siap berangkat. Sekitar lima orang prajurit koppasus dengan persenjataan lengkap di tubuh mereka.

Dari rompi anti peluru yang terbuat dari baja, ransel yang memuat beban puluhan kilo. Belum lagi dengan amunisi serta berbagi persenjataan lain yang ada pada rompi mereka dan jangan lupa pisau komando. Berpakaian loreng serta memakai topi rimba dengan wajah yang dihitamkan oleh cat samaran TNI.

Semua sudah memasuki helikopter dan bersiap meluncur menuju tempat penurunan.

Zainaldi menatap rekan-nya satu persatu. Ia merupakan seorang kapten, dimana seluruh perintah saat di lapangan dipegang olehnya.

"Ini adalah sebuah misi penyelamatan jadi nyawa sandera adalah yang paling utama! Kegagalan tidak dapat dibayar oleh darah sekental apapun!" Zainaldi mengintrupsi dengan suara tegas.

"Lebih baik pulang nama dari pada gagal di medan tugas. Tetap yakin tuhan selalu bersama kita. KOMANDO!" teriaknya bersahutan dengan suara baling-baling helikopter.

"KOMANDO!" balas mereka serentak.

Setelah itu keheningan melanda, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga Azam yang merupakan sahabat Zainaldi dari zaman masa taruna hingga sama-sama di gembleng di lembah tidar itu membuka suara.

"Bro kali ini lo pamit mau kemana sama bini?" tanya Azam sambil menepuk pelan pundak sahabatnya.

"Biasa pergi latihan, mana peri kecil gue nempel terus lagi!" jawab Zainal sambil tertawa pelan membayangkan wajah putrinya yang menggemaskan itu merengek ingin ikut.

"Gemes juga gue sama anak perempuan lo pengen gue karungin terus bawa pulang!" ucap Azam menggebu, pasalnya ia ingin sekali mempunyai anak perempuan.

"Makanya produksi lagi bro, biar Azka ada temennya."

"Proses man, lo kan tahu sendiri kita jarang di rumah. Ah dari pada ribet gimana kalau kita besanan aja, biar anak lo jadi anak gue juga. Giamana? Jagoan gue Azka juga ganteng gak kalah sama Ayah-nya," balas Azam. Omongan mereka malah makin ngelantur karena ini menjodohkan para bocil.

"Enak aja lu main jodohin anak orang. Udahlah diam mending kamu mikirin misi kita sekarang!" peringatnya dan sekarang suara-nya berubah menjadi serius tidak sesantai tadi.

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang