"Jika ada satu diantara mereka yang salah, belum tentu semuanya sama. Karena kamu tidak bisa mengklaim semua, hanya karena ulah seseorang"
Setelah kejadian melabrak tadi, Gevan beserta teman-temannya kembali menuju bascamp mereka, dengan Gevan yang memipin di depan.
"Gak asik lu mah Van, kenapa gak langsung kita hajar aja mereka, lagian tadi juga yang sedang kumpul hanya segelintir orang, sudah pasti kita menang," protes Zidan saat mereka baru saja sampai di depan bascamp.
"Gue bukan mereka yang main keroyokan!" balas Gevan sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
Galang turun dari motornya lalu menatap Zidan yang sedang berdiri di belakangnya.
"Jangan bertindak gegabah!" ucap Galang dingin. Lalu ia pun pergi masuk ke dalam disusul dengan anak-anak lainnya.
Zidan hanya mematung di tempatnya. Selerkian detik setelah sadar semua orang sudah masuk, Zidan mun menyusul ke dalam.
"Heh tungguin ngapa!" teriaknya sambil berlari masuk ke dalam.
Sesaat setelah Zidan sampai di depan pintu, ia melihat Gevan yang sudah berdiri melangakah kearahnya diikuti oleh Galang di belakangnya.
"Lah lo mau kemana lagi Van?" tanya. Zidan.
"Ya pulang lah, lo gak inget kalau gue lagi dipenjara di rumah tante gue, bisa-bisa seumur hidup gue disana kalau tahu gue mau tawuran lagi," jawab Gevan sambil berusaha melangkah karena Zidan yang tepat berada di pintu itu mengahalangi jalannya.
"Tapi gara-gara itu lo gak bakalan hiatus jadi leader kan Van?" tanya Zidan lagi tanpa menyingkir dari pintu.
Karena kesal dengan ucapan Zidan barusan, Gevan menoyor kepala Zidan keras.
"Sembarangan lo Dan, bibir lo tuh yang harus hiatus ngomong biar gak mencela mulu bisanya. Udah sana minggir!" perintah Gevan sembari menyingkirkan tubuh Zidan yang menghalangi jalannya.
"Ini juga Galangkung, mau kemana?" tanya Zidan.
Gevan hanya menggeram kesal, kenapa sahabat somplaknya yang satu ini banyak tanya.
"Galang mau nganterin gue pulang," ucap Gevan.
"Yaelah Van udah gede juga masa harus dianterin, gak malu sama anak SD lo," balas Zidan sambil melengos masuk ke dalam, karena jika tidak segera kabur bisa-bisa Zidan terkena bogem mentah dari Gevan.
"Siapa juga yang mau dianterin Zaenudin! Lo kan tahu gue gak bawa motor," kesal Gevan sambil melengos, tapi sebelum ia sampai menghilang dibalik pintu Gevan menghentikan langkahnya sambil berucap.
"Sebagian dari kalian malam ini harus ada yang ngejaga Asep di rumah sakit, biar gue besok nyusul sama yang lain buat gantian ngejaga!" perintah Gevan.
"Siap Van, biar malam ini gue sama anak-anak aja yang jaga besok lo sekalian bareng Galang," jawab Zidan.
Tanpa berucap sepatah katapun Gevan melengos pergi diikuti oleh Galang yang berjalan di belakangnya.
Jam menunjukan pukul sebelas malam dan jalan yang mereka lewati lumayan sepi. Tak ada yang membuka suara diamtara mereka sampai Galang yang memulai.
"Lo harus hati-hati!" ucap Galang singkat, yang membuat Gevan bingung dibuatnya.
"Hati-hati dijalan maksud lo, yaelah Lang gue bukan anak Tk kali!" jawab Gevan sambil terkekeh geli mendengar penuturan Galang barusan.
"Lo harus lebih teliti, jangan sampai salah dalam menentukan keputusan!" sambung Galang.
"Tenang aja Lang gue tadi cuma nganterin tuh bocah doang kok, kagak lebih, tapi entah kalau besok. Lagian tuh bocah bawaannya bikin gue emosi mulu!" jawab Gevan, yang mengingatkannya pada kejadian saat mengantar Ulfa tadi siang.
"Bukan itu maksud gue," ucap Galang ngegas karena kesal dengan jawaban Gevan yang melantur.
"Ya terus apa dong? Lagian elu nanyanya setengah-setengah gitu gue kan juga bingung," balas Gevan.
"Maksud gue itu harus lebih teliti dan jangan gegabah dalam mengambil keputusan, kita harus tanya Asep terlebih dahulu dan mengumpulkan bukti-bukti jika benar bahwa anak-anak the Brave pelakunya, karena dari yang gue lihat tadi kayanya Faza benar-benar gak tahu tentang masalah ini. Buktinya tadi ia datangnya telat, kalau memang mereka pelakunya mereka pasti sudah melakukan persiapan karena tahu bahwa kita tidak akan tinggal diam atas perbuatan yang mereka lakukan!" ucap Galang, rekor paling banayak kata yang keluar dari mulutnya sampai Gevanpun dibuat cengo. Tapi memang itulah Galang dia akan berbicara dan mengungkapkan isi pikirannya jika memamg Gevan melakukan kesalahan. Karena dari semua sahabatnya, hanya Galanglah yang paling dewasa juga teliti.
"Sumpah Lang gue baru denger lo bicara sepanjang itu, padahal kalau tadi gue rekam bisa jadi trending topik besok di sekolah dengan judul
'Rekor terbanyak Galang berbicara', pasti bakal seru tuh," balas Gevan."Gue serius!"
"Sorry tapi gue gak bisa seriusin lu, karena gue gak maho kaya lo,"
"Sial!" umpat Galang sambil menambah kecepatan motornya, sedangkan Gevan hanya tertawa keras yang bersahutan dengan suara bising motor Galang.
Dilain tempat seorang gadis sedang bergelut dengan selimut tebalnya, badannya menggigil dan suhu tubuhnya pun tinggi. Niat hati ingin menunggu abangnya pulang dengan berdiam di balkon sambil melihat indahnya langit malam, namun badannya tidak merespon untuk ia melakukan itu, jadilah sekarang ia hanya bisa terbaring lemas diatas kasur.
Ia sebenarnya khawatir dengan abangnya yang belum juga pulang padahal jam sudah menunjukan pukul sebelas malam.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya terdengar suara bising kendaraan dan Ulfa yakin pasti itu abangnya. Dengan kekuatan yang tersisa Ulfa membuka selimut yang membungkus tubuhnya, lalu dengan perlahan turun dari ranjang, karena bukan apa-apa kepalanya terasa pusing dan pengligatannya pun sedikit berkunang-kunang.
Saat Ulfa ingin mencoba menegak tubuhnya untuk berdiri, pintu kamarnya sudah di buka lebih dulu oleh seseorang dengan keadaan yang baik-baik saja.
Saat melihat Ulfa yang akan berdiri dengan gerakan Cepat Faza menghampirinya dan menyuruh Ulfa untuk berbaring kembali.
"Kamu mau kemana sih dek?" tanya Faza dengan sebelah tangannya yang membantu Ulfa untuk bersandar di kepala ranjang.
"Sudah malam, ayo cepet tidur biar abang temenin!" sambungnya sembari merebahkan dirinya di samping Ulfa.
"Dari tadi tuh Ulfa nungguin Abang, dari mana aja sih?" Ulfa balik bertanya.
"Gak baik kamu gadang mendingan sekarang istirahat biar besok bisa cepat pulih, kamu sudah minum obat?" tanya Faza berusaha mengalihkan pembicaraan.
Sontak Ulfa cemberut karena Abangnya itu tidak mau menjawab ucapannya.
"Ish Abang Ulfa tanya dari mana malah mejawab gitu, jangan-jangan Abang udah punya pacar ya sampai tega ninggalin adiknya ini sendirian," ucap Ulfa sambil memajukan bibirnya karena kesal.
"Enggak sayang Abang gak punya pacar, tadi Abang emang ada urusan yang mendesak banget," jawab Faza.
"Abang bohong!"
"Enggak, engak bohong suer deh!" ucapnya sambil mengangkat kedua jari "Yu ah mendingan sekarang kita tidur!" perintah Faza.
"Gak mau, pokoknya Abang jawab dulu!" kekeh Ulfa.
"Dek," panggil Faza pelan.
"ENGGAK!"
"Ulfa!"
"Enggak ya enggak!" Ulfa tak mau kalah.
"ANA!" teriak Faza.
Mendengar teriakan nama yang diucapkan Faza barusan seketika merubah raut muka Ulfa yang tadinya kesal menjadi muram.
Sontak Faza merutuki perbutannya barusan, kenapa ia sampai lupa sudah menyebutkan panggilan itu.
"Abang jahat!" ucap Ulfa sembari menenggelamkan tubuhnya ke dalam selimut. Sedangkan Faza ia hanya bisa membeku ditempatnya.
Bismillah
Jangan lupa Voment
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVAN
Teen Fiction"Kesalah pahaman yang berujung penyesalan" **** Ketua geng motor biasanya dominan dengan pemimpin yang dingin dan jarang bicara. Namun berbeda dengan seorang Gevan Radithya Pranadipa seorang leader dengan segal...