Part 9

365 26 4
                                    

"Yang baik itu dia, yang cantik mereka, sedangkan yang salah itu pasti aku"

-Zulfana Mikaila Ranova-

Setelah kejadian tadi membuat mood Ulfa jadi turun drastis, ia masuk ke kelas dengan memasang muka sebal. Sontak kedatangannya itu membuat seisi kelas mengalihkan atensinya kepadanya.

Baru saja ingin mendudukan diri dan menenangkan pikiran, Ulfa sudah lebih dulu diserbu oleh pertanyaan pertanyaan dari sahabatnya yang over kepo itu.

"Fa lo gak papa kan, kata anak anak lo diseret sama kak Gevan," tanya Meisya si ratu kepo.

"Iya Fa lo mau baku hantam kok gak ngajakin kita sih, kan nanti bisa main jambak jambakan pasti seru tuh," balas Ochi yang super cerewet.

"Bener tuh biar gue cakar muka kakak yang mukanya udah kayak kue lapi itu, adu jotos juga sekalian!" sambung Meisya sembari tangannya meninju ninju lengan Letta.

"Heh gak usah ke gue juga kali nyontohin nyah!" protes Letta.

Gadis yang ditanya hanya bisa menelungkupkan wajahnya diatas meja, tanpa menghiraukan ocehan sahabatnya yang malah berdebat.

Sadar akan Ulfa yang hanya diam, Meisya memegang kening Ulfa sambil berucap.

"Fa lo gak kerasukan kan? Sejak masuk kelas perasaan diem mulu, jangan-jangan---"

Letta yang paham akan mood Ulfa segera memotong ucapan Meisya.

"Sudah lo pindah saja sono ke habitat lo! Mungkin Ulfa belum mau cerita," ucap Letta.

Meisya kesal sendiri dengan ucapan Letta dengan berat hati ia duduk di bangku yang berada di belakanga Ulfa, diikuti pula oleh Ochi.

"Eh tapi Fa beruntung elo gak masuk---" belum sempat Ochi meyelsaikan ucapannya tiba-tiba sudah dipotong oleh kehadiran Arif.

"Ulfa lo disuruh ke ruang BK oleh bu Wawat!" ucap Arif.

"Dih ngapain coba manggil gue, mau beri gue besek," ucapnya santai.

Sontak Ochi geram dengan sikap sahabatnya itu dia mengetok kening Ulfa berusaha menyadarkan sahabatnya yang satu ini. Dia itu pinter tapi kok dongdong sih!

"Udah tahu mau diberi hukuman malah mikirin besek lu," geram Ochi

"Gue juga tahu kali, tapi ini nih epek belum sarapan makanya pikiran gue traveling sama bakso Mang Jaja," balas Ulfa sembari mengelus keningnya yang kena tabok.

"Ye emang setiap hari juga cuma ada itu kali di otak lu mah," ucap Meisya.

"Udahlah cepet sana entar hukuman lo makin ditambahin jadi makin lama kan!" Letta menimpali.

Sesuai perintah Arif tadi Ulfa sudah berada di ruang BK beserta ketiga mak lampir tadi yang keadaanya tidak jauh berbeda dengan Ulfa, berantakan.

Belum ada yang membuka suara diantar mereka bahkan Bu Wawat pun masih tetap diam sambil memperhatikan keempat murid yang ada dihadapannya, yang sedari dari memberikan tatapan permusuhan.

"Jadi apa yang sebenarnya terjadi, kenapa kalian bisa betengkar?" Tanyanya.

Dengan cepat Sintya menjawab.

"Dia bu, sudah bersikap tidak sopan sama saya," jawabnya sembari menunjuk Ulfa.

"Dih orang elo yang mulai duluan," balas Ulfa membenarkan

"Benar bu dia yang sudah tidak sopan sam adik saya dan menggangu pacarnya," jawab Indira berusaha membela adiknya.

"Dasar bit*h emang, kecil kecil sudah jadi pelakor," balas Claudia sambil tersenyum mengejek.

Mendengar ucapan Claudia barusan membuat Ulfa naik pitam.

BRAKK

Ulfa memukul meja dengan keras, lalu membalas perkataan, Claudia tak kalah sinis.

"Ngaca dulu dong kak, punya cermin kan? Semua orang juga tahu bit*h itu modelan kayak gimana," ucap nya sarkas.

"Dasar lo ya!"

Sintya sudah siap akan menyerang Ulfa tapi lebih dulu dipotong oleh bu Wawat.

"STOP STOP! Kalian ini ya, gak ada kapok-kapoknya mau ibu tambahin hukumannya, iya?" teriak Bu Wawat prustasi.

"Sekarang kalian pergi ke lapangan dan lari sepuluh putaran! Ibu masih banyak kerjaan tapi ibu akan pantau kalian dari CCTV, kalau ada yang ketahuan kabur ibu akan tambah menjadi tiga kali lipat, mengerti kalian?" tanyanya.

Yang ditanya hanya bisa mengangguk dan dengan terpaksa menuju kelapangan untuk melaksanakan hukuman sebelum kena semprot lagi.

•••••

Entah memang kebetulan atau apa, tapi sekarang tepat jam pertama kelas XI IPS 2 sedang melakukan kegiatan olaharaga dan itu sebuah kesialan bagi Ulfa karena tidak mau bertemu dengan manusia nyebelin seperti Gevan. Berbeda dengan Ulfa yang memasang wajah kesal Sintya malah tersenyum bangga karena bisa bersama dengan Gevan. Entah urat malunya sudah putus mungkin. Sudah ditolak oleh Gevan pun masih tetep saja gencar mengejar.

Saat sedang berlari di lapangan Ulfa berusaha menghiraukan Gevan walaupun sedari tadi tuh cowok gak berhenti ngoceh.

"Eh Ana antum kenapa lari-larian, gausah lari tanpa dikejarpun abang mau jadi pacar eneng," ucap Gevan yang tidak mendapat respon dari Ulfa. Untung saja Pak Dudi guru penjas mereka ssudah membagi tugas dan membiarkan mereka berolahraga sepuasnya. Kalau tidak Gevan bisa kena semprot.

Ucapan Gevan barusan membuat Sintya kesal sendiri, apa bagusnya sih adek kelas tepos medelan kayak gitu, mendingan juga gue yang body goals.

Ulfa berusaha sekuat tenaga untuk terus melanjutkan larinya, tapi saat putaran keenam tiba-tiba kaki terasa lemas dan napasnya sedikit sesak. Dia berhenti sejenak dan berusaha mengatur napasnya agar kembali teratur.

Gevan yang melihat gerak-gerik tidak beres dari Ulfa, dengan segera ia menghampirinya dan benar saja saat sudah berada di hadapan Ulfa ia bisa melihat bibir Ulfa yang pucat dan ia sedang berusaha mengatur napasnya.

"Lo gak papa?" tanyanya.

"Gue okee," balas Ulfa yang berusaha akan melanjutkan larinya.

"Gak! Mending lo ke UKS!" perintah Gevan lalu menarik tangan Ulfa.

"Dih apaan sih orang gue gak papa juga," balas Ulfa sambil melepaskan tangannya dari cengkraman Gevan.

"Heh maksud gue bukan UKS (Unit Kesehatan Sekolah) itu," tunjuknya pada ruangan UKS yang berada tidak jauh disana.

"Lah terus apa dong?" tanya Ulfa

"Untuk Keamanan Sekolah, jadi agar sekolah gue aman gue harus bawa murid bar-bar dan keras kepala kayak lo ke Unit Kejiwaan Seadanya (UKS), biar diperiksa lebih lanjut," ucapnya sembari menggendong Ulfa seperti membawa karung beras.

Sontak tindakan Gevan barusan membuat Ulfa kaget dan ia memukul mukul punggung cowok itu supaya melepaskannya.

"Lo gila ya?! Cepet turunin gue!" teriaknya tepat ditelinga Gevan.

"Anjirara telinga gue! Heh elo yang lebih gila ya! Udah ditolongin bukannya bilang terima kasih malah sebut gue gila, gak tahu terima kasih emang!" dumelnya tanpa melepaskan Ulfa dari gendongannya.

"TERIMA KASIH!" teriak Ulfa lagi tepat ditelinga Gevan.

"PUAS LO!" sabungnya.

"Puas puas puas," jawab Gevan walaupun telinganya terasa berdegung, tapi iya senang membuat Ulfa kesal.

Kejadian barusan disaksikan oleh seluruh teman kelas Gevan dan juga Trio mak lampir yaitu Sintya, Indira, dan Claudia. Membuat ketiganya bertambah kesal melihat sikap Ulfa yang mereka rasa kecentilan.

Bismillah
Jangan luoa Voment

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang