Part 23

249 25 3
                                    

"Malam ini langit bertabur bintang,
Namun tak membuat raga ini tenang,
Karena mungkin saja, kebenaran yang kuharapakan akan berujung penyesalan."


Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Namun Ulfa masih menunggu kakaknya di depan gerbang sekolah. Sahabatnya sudah pulang beberapa saat lalu, sebenarnya mereka juga mengajak Ulfa untuk pulang bersama,  tetapi dengan halus Ulfa menolak karena diantara mereka tidak  ada yang satu arah dengan Ulfa. Saat ia sedang menunggu jemputannya, tidak ada satu orang pun yang meyapa Ulfa, bahkan teman sekelasnya pun tidak ada yang meyapanya setelah insiden foto itu. Memang, sekarang Ulfa sudah dimusuhi oleh satu sekolah, karena dianggap penghianat.

Beberapa saat kemudian datang seseorang dengan menggunakan motor ninja dan helm fullface nya. Walanya Ulfa kira itu Faza, namun ketika dilihat-lihat dia memang bukan Faza.

Dengan gerakan cepat, pria itu menarik tangan Ulfa, menyeretnya untuk ikut. Sontak Ulfa berontak dan berteriak meminta tolong. Tapi sayanganya disana sepi dan satpam pun tidak ada di posnya.

"TOLONGGG!"

"Lepasin gak!" teriaknya sembari berusaha melepaskan diri.

"Lo siapa sih?! Lepasin gak, atau enggak gue teriak nih!" kesal Ulfa, krena pasalnya pemuda tersebut tidak membuka helm fullface nya, yang menyebabkan Ulfa hanya bisa melihat matanya saja.

"Silahkan, teriak sepuas lo, karena gue gak peduli!" ucap Marco sinis. Ya pemuda itu adalah Marco musuh besar Savior. Dan ia datang kesini seorang diri, tanpa membawa pasukannya.

"Dasar bajingan! Beraninya lo sama cewek!" murka Ulfa sambil menendang alat vital Marco, yang membuatnya langsung tersungkur. Dengan cepat ia berusaha menjauh dari jangkauannya.

"Sialan, mau main-main ya rupanya?!" Marco dengan cepat menarik kembali tangan Ulfa.

"Lepas! Mau lo apa sih? Gue gak kenal sama lo ya?!" teriak Ulfa yang masih terus berontak.

"DIAM!" bentaknya yang langsung menghentikan gerakann Ulfa.

"Lo gak perlu tahu siapa gue, karena bisa jadi gue akan menjadi malaikat izrail untuk lo. Karena dengan membuat lo menderita, dua curut itu bakal mohon-mohon dan mereka akan gue musnahkan secara perlahan, melalui lo. Ya, istilahnya sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui!" Marco tersenyum sinis.

"Dasar laki-laki biadab!" teriak Ulfa histeris disertai buliran bening yang meluncur bebas mengenai pipinya.

Tanpa membalas ucapan Ulfa, Marco lantas menyeretnya kembali menuju motornya. Terlalu asik dengan kegiatannya sampai Marco tidak menyadari ada seseorang yang menuju ke arahnya.

Dengan kasar ia menarik bahu Marco,  membuat sang empu langsung membalikan badannya.

BUGH!

Tanpa aba-aba bogeman mentah mendarat di wajah Marco.

BUGH!

"Bajingan beraninya lo ngusik Purnama lagi!" teriaknya emosi.

Ulfa yang masih syok pun, ingin berusaha menjauh dari mereka, namun tiba-tiba Gevan menariknya, meyembunyikan Ulfa di balik punggung tegapnya.

Marco tersenyum sinis sambil mengelap sudut bibirnya yang berdarah "Gevan ... rupanya emang mudah nyari kelemahan lo!"

"Setiap lo mengusik murid Purnama, lo akan berurusan langsung dengan gue!" teriak Gevan penuh penekanan.

Marco maju satu langkah "Bukanya dia cewek lo?!" satu tangan Marco berusaha menarik Ulfa kemabali, dengan sigap Gevan menepis tangannya.

"Weis santai bro!" ucap Marco tersenyum miring.

Ulfa memiringkan sedikit wajahnya, ingin melihat apa yang terjadi. Tepat saat itu Marco menatapanya lekat

"Gue harap kita bisa ketemu lagi gadis manis!" ucapnya sembari melangkah pergi. Tapi sebelum itu ia melirik Gevan "Jaga cewek lo baik-baik, gue harap lo gak akan nyesel, dan jangan kaget saat lo tahu siapa dia yang sebenarnya." Marco menepuk bahu Gevan pelan sambil pergi berlalu dari sana.

Diperjalan hanya hening yang melanda. Sejak kejadian tadi, Gevan memutuskan untuk mengantarkan Ulfa ke rumahnya. Meskipun ia masih penasaran ada hubungan apa Ulfa dengan Faza, ditambah ucapan Marco barusan semakin membuatnya bingung.

Setelah sampai pun mereka masih perang dingin. Hingga Ulfa yang merasa jengah pun membuka suara.

"Makasih dan ... maaf," ucapnya pelan yang sekarang sudah ada di depan Gevan. Ngomong-ngomong Gevan meminjam motor Zidan untuk mengantarkan Ulfa pulang. Dan rencananya hari ini ia akan pulang kerumah karena hukumannya sudah berakhir.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Gevan berlalu meninggalkan Ulfa.

•••••

"Heh Van, ngelamun ae lo?!" teriak Zidan sambil menepuk pundak Gevan.

"Sialan lo!"

"Lagian begong ae, lihat noh anak-anak udah pada ngumpul, biasanya juga gak bisa diem lo!" Zidan   ikut duduk disamping Gevan.

Setelah mengantarkan Ulfa, Gevan memang langsung pergi ke bascamp berniat menenangkan pikiran, tapi yang ia dapat malah sebalinya.

"Eh ngomong-ngomong Van, gimana urusan lo sama cewek tadi, siapa tuh?Si Ulfa ya kalau gak salah?! Beneran dia pacar lo? Terus soal foto itu gimana?" tanya Zidan beruntun.

Gevan menjambak rambutnya pelan, pertanyaan Zidan barusan membuat kepalanya tambah pusing.

"Diem lo! Gue juga gak tahu ada hubungan apa dia sama Faza," jawab Gevan.

Zidan manggut-manggut "Kalau begitu lo harus jauhin dia Van! Jangan-jangan dia itu mata-matanya si Faza."

"Tapi masalahnya, kenapa Marco mau nyelakain dia?" Gevan beranjak dari duduknya dan pergi ke atas rooftop, karena ia rasa disitulah tempat yang tepat untuk menenangkan pikiran.

Zidan yang melihat itu pun, tak tinggal diam dan mengikutinya "Heh lo belum jelasin sama gue kenapa tuh si Marconah mau nyakain Ulfatihah!" teriaknya sambil menyusul Gevan.

"Cepet ngomong!" perintah Zidan saat mereka sudah sampai di atas.

Gevan meliriknya sekilas, lalu pandangannya ia alihkan kembali pada pemandangan ibu kota dari atas gedung.

"Gue gak tahu pasti tujuannya apa, tapi dia mau ngehancurin gue lewat Ana. Dan dia juga bilang jangan sampai menyesal jika gue tahu siapa Ana sebenarnya," terang Gevan panjang lebar.

"Saran gue sih lo harus jauhin tuh si Ana, mana tahu bener kan dia itu penghianat," saran Zidan frontal.

"Dia juga dalam bahaya bego! Marco berusaha buat nyelakain dia, dan jika benar dia mata-mata dari Faza, mana mungkin Marco bisa berusaha membunuhnya. Lo tahu sendiri kalau mereka berdua itu bersekongkol!" teriak Gevan yang sudah tak bisa menahan emosinya.

Zidan berusaha tenang, karena ia tahu Gevan butuh untuk pelampiasan emosinya.

"Sebaiknya lo selidikin dulu, karena foto---" belum sempat Zidan melanjutkan ucapannya Gevan sudah memotong.

"Foto bisa saja dieditkan?!"

Zidan menghela napas "Dahlah terserah," pasrah Zidan sambil berlalu pergi dari sana.

Gevan memukul-mukul kepalanya "Kenapa gue harus mikirin lo sih? Keluar lo dari kepala gue Ana! Apa jangan-jangan lo  ngebangun rumah ya disana? Keluar woy!" teriaknya sambil terus memukul pelan kepalanya. Entahlah mungkin Gevan kelihatan seperti orang gila sekarang, karena berteriak dan berbicara sendiri. Itu semua karena isi pikirannya di penuhi oleh gadis cerewet yang baru ia temui beberapa hari ini.







Bismillah
Jangan lupa Voment

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang