Part 32

224 26 5
                                    

"Disaat takdir memaksa kita untuk bertahan di segala keadaan, maka disitulah ketabahan dan juga kesabaran diperlukan"





Disebuah ruangan yang sangat jauh dari pemukiman, karena memang tempatnya yang berada di tengah hutan. Seseorang datang masuk ke ruangan tersebut, yang msngalihkan atensi semua orang yang berada di dalam, lalu dengan serentak mereka berdiri dan menundukan pandangan mereka saat orang tersebut mulai berjalan dan melewati mereka.

Hari ini memang ada pertemuan penting untuk mereka semua, karena putra kedua dari pimpinan mereka akan pulang dari luar ngeri.

"Bagaima? Apa informasi yang sudah kamu dapat dari pemuda itu?" tanyanya sembari mendudukan diri di kursi kebesarannya.

"Sejauh ini masih belum ada yang mencurigakan tuan, tapi berita bagusnya yaitu adiknya yang ternyata sedang menjalin hubungan dekat dengan Gevan dan itu akan lebih mudah bagi kita untuk mengahancurkan keduanya!" jawab seorang pemuda disampingnya yang tak lain adalah putra sulungnya.

"Bagus! Setelah adikmu sampai kita harus mulai bergerak, dan bersiap-siaplah kalian!" ucapnya penuh penekanan dan syarat akan perintah.

"Lihatlah Zainal! Kamu akan menangis di neraka saat melihat putra-putrimu menderita!"

                              ••••

Malam ini seperti biasa, anak-anak Savior sedang berkumpul. Entah apa yang mereka bicarakan, karena ada-ada saja keusilan yang mereka buat. Apalagi Gevam sang leader yang sama-sama bobroknya membuat suasana disana semakin gaduh.

"Anji*ng! Mati cacing gue!" umpat Asep saat cacing yang ia mainkan mati gara-gara menabrak.

"Zaman gini masih musim maen cacing?! Dah buluk kali!" sindir Zidan memanas-manasi temannya itu.

Asep yang terlanjur kesal pun melempar Zidan dengan beberapa butik kuaci yang belum ia buka.

"Masih mending mainin cacing, dari pada elo mainin cewek! Inger nyokap lo juga perempuan, jangan sampe dia yang kena batunya gara-gara kelakuan bangsat lo!" jawab Asep sarkas.

"Lawan terus!" kompor mereka yang sudah menantikan adanya adu jotos diantara keduanya.

Zidan tak terima karena Asep membawa-bawa ibunya, lantas segera menjitak kepala Asep cukup keras.

"Mulut lo kayanya harus di reboisasi!"    

"Reboisasi pala lu, yang bener itu rehabilitasi!" ralat Gevan.

"Nah itu maksud gue!" tambah Zidan membenarkan. "Eh ngomong-ngomong lo beneran pacaran sama si Ulfa Ulfa itu Van?" tanya Zidan pada Gevan yang sedang asik memakan kuaci.

"Menurut lo?!"

"Kenapa gak lo ajak kesini aja Van? Kan asyik tuh kalau ada cewek, apalagi ibu negara. Bosen gue lihat muka lo yang pada Asem!" sambung Asep sambil menunjuk teman-temannya.

"Emang kita gak bosen?!" teriak mereka serentak.

"BERISIK!" teriak Gevan yang membuat mereka kicep.

"Tapi boong ... Mphahaa muka lo udah kayak nahan berak tahu gak?!" sambung Gevan sembari terbahak melihat wajah teman-temannya yang terkejut sekaligus cengo.

Dan tanpa berdosanya Zidan menggeplak kepala Gevan. "Sialan lo Van! Gue jahit tuh mulut baru tahu rasa!" ucapnya.

"Sebelum lo lakuin itu, tangan lo udah dipatahin duluan sama Si Gevan!" jawab Doni yang mendapat anggukan setuju dari semua orang yang ada disana.

"Bener juga sih!" gumam Zidan.

"Stop! Stop! Dengerin gue punya pertanyaan!" intruksi Asep. yang membuat semua orang menjadikannya pusat perhatian.

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang