"Mengancam di mata gue itu hanya menunjukkan kalau mereka lemah!"
-Faza Mikelo R-
Sedari tadi Faza terus mondar-mandir di dalam kamar adiknya itu, sesekali ia melirik Bi Nun yang sedang mengompres adiknya yang masih setia dalam alam bawah sadarnya itu.
Bi Nun yang bingung melihat Faza yang kelihatan cemas, lantas ia menghampirinya dan menepuk pundak Faza pelan.
"Den," ucapnya.
Faza yang sedang asik dengan pikirannya pun kaget dengan Bi Nun yang sudah berada di depan matanya.
"Eh iya bi," balas Faza.
"Aden kenapa dari tadi mondar-mandir terus, bibi aja yang lihatnya pusing," ucap Bi Nun.
Faza terdiam beberapa saat, lalu ia melirik sekilas ke arah adiknya.
"Bi sebenarnya Faza juga bingung harus bagaimana, di satu sisi Faza pengen nemenin Ulfa yang sedang sakit, tapi di sisi lain teman-teman juga sedang membutuhkan Faza sekarang," jawab Faza membuka suara.
Dengan lembut Bi Nun mengusap pundak Faza, berniat menenangkan.
"Emangnya teman-teman Aden kenapa?" tanya Bi Nun.
Faza bingung harus menjawab apa, apakah ia harus jujur pada Bi Nun, tetapi berbohong juga tak ada gunanya karena Bi Nun sudah tahu dengan kehidupannya dan ia juga tahu tentang Faza yang seorang leader geng motor, tetapi tidak dengan Ulfa.
"Bascamp diserang Bi, dan di sana hanya ada beberapa anak-anak yang sedang berjumpul, Faza harus membantu mereka Bi, tapi bagaimana dengan Ulfa, jika dia bangun pasti akan menanyakan aku Bi," jawab Faza jujur.
Bi Nun nampak diam sejenak, lalu ia pun membuka suara.
"Yasudah sekarang den Faza pergi saja, Non Ulfa biar Bibi yang urus," balas Bi Nun.
"Tapi kalau dia bertanya giman Bi?" tanya Faza.
"Den Fazs tenang aja, Bibi gak akan jujur kok," jawab Bi Nun.
"Yaudah kalau gitu Faza pamit dulu ya Bi, Faza titip Ulfa!" ucapnya sambil mencium tangan Bi Nun.
"Iya hati-hati!" peringat Bi Nun.
"Siap komandan, assalamualaikum!" ucap Faza memberi hormat lalu pergi minggalkan kamar.
Bi Nun hanya tersenyum melihat kelakuan majikannya itu, jika saja tuan dan nyonyanya masih ada, mungkin mereka akan sangat bangga melihat putra putri mereka yang sudah mandiri dan tubuh dewasa.
Setelah kepergian Faza, Bi Nun kembali menghampiri Ulfa lalu membawa kompresannya dicelupkannya pada air hangat, lalu ditempelkan kembali pada kening Ulfa yang masih terasa panas.
Melihat keadaan Ulfa membuat ia merasa prihatin, Bi Nun kasihan dengan Ulfa yang sering sakit dan merindukan kasih sayang kedua orang tuanya.
Bi Nun melihat Ulfa yang bergerak gelisah, lalu Ulfa kembali bergumam.
"Bunda ..." lirihnya.
Hati Bi Nun semakin terasa tercubit mendengar penuturan Ulfa barusan.
"Bunda disini," bisik Bi Nun, tepat ditelinga Ulfa, ia berusaha menenangkan Ulfa yang terus bergerak gelisah sambil mengigau dengan menyebut bunda.
••••
Faza memarkirkan notornya di belakang bascamp, lalu ia menyusuri
area bascamp, sampai saat sudah di depan ia melihat dua orang pria yang seperti sedang berdebat, lalu terlihat sang lawan menarik kerah baju seseorang yang di duga merupakan temannya. Faza tidak bisa melihat dengan jelas siapa itu karena posisinya membelakangi Faza.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVAN
Teen Fiction"Kesalah pahaman yang berujung penyesalan" **** Ketua geng motor biasanya dominan dengan pemimpin yang dingin dan jarang bicara. Namun berbeda dengan seorang Gevan Radithya Pranadipa seorang leader dengan segal...