Part 25

260 24 4
                                    

"Kebersamaan yang dirindukan,
dan keluarga yang memberi kenyamanan."


Hari semakin larut, namun tak membuat para pemuda yang sedang asik berkumpul itu untuk pulang ke rumah mereka. Malah mereka semakin asik dengan dunianya masing-masing.

Mereka dibuat heran dengan perubanan raut muka Gevan yang bukanya harus lebih baik karena sudah menenangkan diri, ini malah sebaliknya.

"Ya elah ngapa tuh muka, kusut amat kaya baju belum disetrika!" ucap Doni saat melihat Gevan yang sudah kembali dari Rooftop.

"Biasalah urusan cewek, pasti galau!" timpal Zidan sambil meneguk minuman kalengnya.

Sang empu mau tidak ambil pusing untuk menjawab pertanyaan unfaedah mereka. Ia memilih untuk bergegas pulang ke rumahnya.

"Ehh mau kemana lo?" tanya Zidan saat melihat Gevan melengos pergi sambil membawa kunci motornya.

"CABUT!" jawab Gevan tanpa menghentikan langkahnya.

"Lah terus gue pulangnya gimana?" tanyanya lagi sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Yaudah ayok bareng gue!" perintah Gevan.

Zidan pun dengan terpaksa mengikuti Gevan sambil menggerutu "Yang punya siapa? Yang nebeng siapa? Bisa-bisanya dia seenak jidat."

Yang pasti ucapannya itu masih bisa di dengar oleh Gevan.

"Udah cepetan naik! Kayak cewek aja lo, baperan." perintahnya.

••••

Setelah melewati perdebatan sengit antara dua pemuda itu, akhirnya sampailah mereka di depan rumah mewah di komplek perumahan elit.

"Akhirnya back to home!" Gevan berucap sambil menghirup udara dengan rakus, seperti seorang tahanan yang baru saja keluar.

Tadi mereka sempat mampir ke rumah Nindy untuk membawa barang-barang Gevan. Zidan sempat menolak karena tajut kena amuk lagi dengan Nindy. Tapi, ancaman Gevan lebih unggul untuk membuat Zidan bungkam. Pasalnya dia akan memberitahukan kepada semua pacar, mantan, atau bila perlu semua cewek yang ada di Purnama bahwa kadal yang satu ini jarang sekali mandi. Dengan begitulah Zidan memilih pasrah, dan untungnya Nindy sedang tidak ada di rumah karena ada urusan yang mengharuskannya untuk pergi keluar kota beberapa hari. Jadilah Gevan bisa dengan leluasa bebas dari rumah itu.

"Gue cabut bro, awas kalau sampai lo buka mulut, bisa jatuh image gue di depan para cewek!" Zidan berucap sembari menghidupkan motornya.

"Itu sih ... tergantung," jawabnya santai sabil melengos masuk.

"Sekarepmu lah," ucap Zidan kesal sambil melajukan motornya.

Gevan tidak menyahut, dengan santainya ia masuk ke dalam rumah tanpa tahu terima kasih. Emang ludir tuh orang.

Saat membuka pintu pemandangan pertama yang ia lihat adalah seorang wanita yang sedang berdebat dengan anaknya. Sedangkan sang suami malah asik dengan handphone pintarnya tanpa berniat memisahkan sama sekali.

"ALIB, SUDAH BERAPA KALI MAMMY BILANG, JANGAN MAKAN COKLAT MALAM-MALAM! MAU KAMU, MAMMY UBAH JADI ADONAN COKLAT?!" teriak Lita sambil bekacak pinggang.

"Gak papa Mom, asalkan Alib manis kayak coklat, biar cewek-cewek di kelas tambah suka sama Alib. Entar kalau udah besar Alib bisa jadi Fakboy," jawab Alib dengan santainya sambil melanjutkan memakan coklat.

Lita semakin geram melihat kelakuan anaknya yang kecil-kecil sudah menyebalkan.

"Kata siapa itu?" Lita bertanya sambiln memajukan wajahnya menatap sang putra lekat.

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang