Part 6

442 32 3
                                    

"Senja yang indah pun bisa tersamarkan oleh gelapnya malam"




Tiba di rumah sakit Gevan langsung meminta pertolongan kepada orang orang yang ada disana.

"DOKTERR SUSTERRRR TOLONGGG!" Gevan teriak teriak sambil menggendong Ulfa, juga darah yang terus mengalir dari tangannya yang terkena pukulan.

Tiba-tiba datang seorang perawat sambil mendorong blangkar pasien. Dengan gerak cepat Gevan meletakan Ulfa disana sambil ikut mendorong menuju ruang UGD. Setelah di depan UGD suster menyuruh Gevan untuk menunggu di luar.

"De itu tangannya diobatin dulu!" ucap salah seorang suster.

"Enggak papa mbak Sus tangani teman saya dulu!" jawab Gevan malas ia sudah tau pasti mau sekalian modus. Nasib jadi cowok ganteng ya gini. Pede amat Bang.

"Tapi itu juga harus diobati agar tidak infeksi dan darahnya biar gak ngalir terus!" ucap suster tersebut sambil dengan sengaja memegang tangan Gevan.

"Iyalah mbak Kun," pasrah Gevan karena jika tidak dituruti pasti akan runyem nantinya jadi ia ambil jalan pintas aja.

"Lah kok tau sih de nama saya kan Kuniasari, adenya cenayang yah?" tanyanya genit.

"Maksud saya KUNTILANAKKKK!" jawab Gevan ngegas.

•••••••

Seorang pemuda tengah kalang-kabut di depan UGD, pasalnya sudah sekitar 30 menit dokter yang sedang memeriksa tidak kunjung keluar dan itu membuatnya sport jantung.

"Kayak lagi nunggu bini mau lahiran aja gue," gumam Gevan.

"Kenapa coba harus khawatir emangnya dia siapa coba?" tanyanya entah pada siapa. Pada tembok maybe.

"Daripada gabut gini mending gue nyanyi aja dah," Heh itu rumah sakit bang! Ngapain nyanyi coba.

"Izinkan kulukis spongebob ..."

"Mengukir tuan krep di sana ..."

"Mendengar plankton bercerita ..."

"Menangis tertawa ...."

Sedang asik-asiknya nyanyi tiba-tiba ada suara seseorang yang menyadarkannya.

"Dengan keluarga pasien?" tanya seorang dokter.

Untung saja bukan kuntilanak ... eh ralat maksudnya suster Kun, bisa habis dia kalau ketemu dia lagi.

"Ia dok saya---" belum sempat Gevan menyelesaikan ucapannya sang dokter sudah memotong.

"Pacar Anda mengalami kecapean, jangan biarkan dia stress dan jangan terlalu lama di tempat yang minim udara karena itu akan memicu penyakit asmanya kambuh. Lain kali lebih diperhatikan ya de, jangan biarkan hal seperti ini terulang kembali karena bisa berakibat fatal. Sekarang kamu sudah bisa jenguk dia, tapi jangan diajak banyak ngobrol terlebih dahulu, biarkan dia istirahat, kalau begitu saya permisi," ucap sang dokter sambil berlalu meninggalkan Gevan yang dibuat melongo oleh ucapannya.

"Tuh dokter tadi ngomo apasih panjang bener, dia itu dokter atau guru sejarah coba ngomongnya kagak ngerem. Yaudahlah mending gue masuk, tapi tunggu-tunggu apa tadi dia bilang? Asma, berarti tu cewek punya penyakit asma ya? Pantesan tadi napasnya kaya sesak gitu. Cus ahh masuk."

Saat Gevan masuk yang pertama kali ia lihat adalah seorang gadis yang sedang terbaring lemas dengan nebulizer yang terpasang di mulutnya. Melihatnya membuuat Gevan merasa bersalah karena dirinyalah tawuran itu terjadi.

Gevan duduk di kursi samping brankar Ulfa, ia memperhatiakan Ulfa yang tengah tertidur damai dengan wajah pucatnya. Tangan Gevan terulur untuk menggenggam tangan Ulfa yang terbebas infus. Saat sedang asik-asiknya berduaan tiba-tiba pintu dibuka dengan tidak santai.

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang