"Disaat moment bahagia itu datang, satu hal yang kutakutkan,
Kesedihan juga datang tanpa memberikan kesembuhan"
Hari semakin gelap, bulan dan bintang bahkan sudah menunjukan eksistensinya. Ulfa yang tadinya berniat pulang sendiri, ia rencananya akan menelepon Mang Jaja. Dia tidak ingin jika Gevan bertemu dengan kakaknya lagi dan berakhir baku hantam. Tetapi lihatlah sekarang ia malah dianter dengan empat motor sekaligus. Sungguh itu diluar ekspektasinya.
"Sumpah ka ini mau kemana sih? Ini bukan jalan pulang!" tanya Ulfa yang penasaran. Hoodie milik Gevan yang hampir menenggelamkan-nya kini melekat di tubuhnya.
"Lihat aja nanti, kamu akan tahu sendiri kok, yang pasti kita kan pergi ke suatu tempat. Pegangan yang erat!" balas Gevan semakin menacap pedal gas-nya.
Saat memasuki pertigaan motor yang Gevan kendarai berbelok ke arah kiri, tanpa aba-aba seakan mempunyai timing yang tepat dari arah berlawanan muncul ratusan motor anak-anak Savior yang mengekor di belakang-nya. Mereka berjejer rapi ke belakang mengikuti kemana arah ketua mereka pergi.
Suara bising kendaraan yang memekakan telinga membuat Ulfa semakin mengeratkan pelukannya. Gevan yang merasakan itu pun menggenggam tangan Ulfa dengan sebelah tangannya. "Jangan takut, mereka adalah anak-anak Savior!"
Setelah itu tidak ada percakapan lagi antara keduanya, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Ulfa melihat dari kaca spion, ratusan motor di belakang. Ini baru pertama kali dalam hidupnya, dirinya berada di barisan pertama diantara ratusan orang tersebut. Diantara hembusan angin malam, dan bisingnya kendaraan setidaknya ia bisa merasakan ada banyak orang yang kini bersamanya, memperdulikannya, meskipun mereka bukan berasal dari keluarga tapi mereka semua disini berkumpul sebagai keluarga.
Beberapa menit menempuh perjalan dan selama itu pula mereka menjadi perhatian para pengguna jalan. Hingga akhirnya motor Gevan berhenti disebuah lapangan luas gelap gulita, hanya ada beberapa lampu yang terpasang di pinggir danau yang berada di samping lapangan tersebut.
Baru saja turun dari motor Ulfa langsung merapatkan tubuhnya pada Gevan setelah melihat ke arah lapangan luas yang tidak ada setitik cahaya pun disana.
Gevan yang melihat itu hanya bisa terkekeh pelan. Kadang ia suka bingung saja, kemana sifat Ulfa yang dulu selalu galak dan terlampau berani. Kini tergantikan dengan Ulfa yang manja, penakut dan juga ceroboh. Tapi di sisi lain ia senang, karena sekarang gadis itu sudah menunjukan sifat aslinya di depan dia. Itu tandanya Gevan bukanlah orang asing lagi kan?
Para anggota Savior perlahan berkumpul satu persatu mendekati Gevan. Lewat tatapan mata Gevan seakan berkomunikasi dengan mereka. Mengerti dengan apa yang Gevan maksud mereka langsung mengangguk. Dan dengan gerakan cepat Gevan menarik Ulfa membawa gadis itu berlari ke tengah lapangan, Ulfa yang tidak siap pun terpakasa mengikuti kemama arah Gevan menariknya pergi.
"Kak mau bawa aku kemana? Ini gelap, takut!" teriak Ulfa saat sadar dirinya berada ditengah lapangan yag gelap pekat.
"Kamu tenang aja, ada aku yang bakal siap pasang badan kapan pun. Tidak semua yang gelap itu mengerikan, suatu saat gelap itu akan jadi berkesan karena ada sebuah momen yang tak terlupakan," balas Gevan. Dan mereka berhenti tepat di tengah-tengah lapangan.
Tak lama para anak Savior bergabung mengikuti mereka sambil membuat sebuah lingkaran dari mulai yang kecil sampai besar menjadikan Ulfa dan Gevan berada di tengah-tengah mereka. Dan baru Ulfa sadari mereka membawa setitik cahaya, setiap orang memegang sebuah lampion sehingga lapang yang tadinya gelap perlahan terang dari cahaya yang di pancarkan setiap lampion. Di lingkaran yang paling dekat dengan Ulfa dan Gevan adalah Asep, Zidan, Galang, sehingga dengan mudah Zidan memberikan dua buah lampion dan juga spidol kepada Ulfa dan Gevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVAN
Teen Fiction"Kesalah pahaman yang berujung penyesalan" **** Ketua geng motor biasanya dominan dengan pemimpin yang dingin dan jarang bicara. Namun berbeda dengan seorang Gevan Radithya Pranadipa seorang leader dengan segal...