Part 38

205 20 8
                                    


"Jangan memberikan lagi harapan jika pada akhirnya akan dipatahkan."

"Nih, lo pulang bareng gue!" ucapnya tak terbantahkan, sembari menyodorkan helm yang ukurannya lebih kecil kepada Ulfa.

Suara bariton itu menghentikan perdebatan keduanya. Membuat Ulfa memasang wajah kaget, sedangkan Marsel menahan kesal.

"Mana bisa, dia harus pulang sama gue. Lo jangan ikut campur deh!" tolak Marsel tak mau kalah sambil menarik Ulfa supaya bersembunyi di belakangnya.

Dengan gesit Gevan menarik Ulfa dengan sebelah tangannya, membuat gadis itu pindah ke belakang tubuh Gevan. Kini gadis itu sudah seperti boneka yang sedang diperebutkan.

"Siapa lo? Berani nyuruh-nyuruh gue! Anak bau kencur aja udah belagu. Ana ayok naik!

"Tapi ...."

Dengan perlahan tangan kekar Gevan memasangkan helm di kepala Ulfa, gadis itu menegang di tempatnya, dengan keadaan seperti ini ia bisa merasakan hembusan napas cowok itu.

"Udah, ayo naik!" perintahnya setelah selesai memasangkan helm di kepala Ulfa.

Gadis itu seakan tersadar dari lamunannya. Ia mengingat bagaimana sikap Gevam kemarin-kemarin yang tidak menginginkannya dan menyuruh ia untuk menjauh dan gadis itu juga masih ingat betapa tidak sukanya anak-anak Savior pada dirinya.

Perlahan ia mundur dari hadapan Gevan sembari menggeleng pelan. "Enggak, aku gak mau! Lebih baik Kak Gevan pergi dan gak usah temuin aku lagi. Aku cukup muak dengan dengan semuanya, jangan memberikan lagi harapan jika pada akhirnya akan dipatahkan," mata gadis itu sudah berkaca-kaca menahan tangis. Hatinya terlalu sakit, tidak pernah sekalipun terbayangkan oleh dirinya akan ada di posisi seperti ini.

Marsel yang melihat itu pun berniat mengajak Ulfa pergi dari sana, namun langkahnya kalah cepat saat  Gevan yang sudah membawa Ulfa ke dalam dekapannya. "Sorry, waktu itu gue terlalu syok dan dikuasai amarah karena tahu kalau lo adiknya Faza. Sekarang gue mohon, lo pulang bareng gue!" perintahnya sambil mengusap lembut puncak kepala gadis itu.

"Plis kasih gue kesempatan,"

Ulfa mendongak, menatap wajah Gevan yang menatapnya serius. Dia bisa melihat ketulusan disana. "Tapi kalau Kakak aku tahu, kalian pasti akan berantem lagi,"

"Gak akan tahu, kalau gak ada yang ngasih tahu!" Gevan menatap Marsel tajam. Mungkin cowok bisa saja menjadi orang ketiga dalam hubungannya.

Gadis itu mengurai pelukan Gevan sambil mengangguk pelan. "Baiklah untuk sekarang, karena kita tidak akan tahu kan kedepannya akan seperti apa?!"

Marsel yang mendengar itu pun membulatkan manik matanya. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran perempuan. "Gak bisa gitu Ulfa, lo gak lupa kan gimana kasarnya dia perlakuin lo saat di Rumah Sakit. Apa itu gak cukup buat ngebuktiin kalau dia ini lelaki brengsek?!" teriaknya menggebu karena terlanjur marah.

"Gak papa Sel, aku yakin kok kalau Kak Gevan gak bakal ngelakuin hal itu lagi. Ayo kak!" ajaknya sambil menarik tangan Gevan supaya bergegas.

"Aku duluan Sel, kamu gak perlu khawatir Bang Faza gak akan marahin kamu kok!" gadis itu sudah melambaikan tangannya sembari berlalu dari hadapan Marsel.

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang