"Setiap masalah pasti ada jalan keluar, oleh sebab itu hadapi dan tetap maju agar kamu dapat merasakan kebahagiaan setelahnya."
Malam harinya Gevan memutuskan untuk pulang kerumah, setelah seharian ia membolos untuk menjenguk Asep dan juga Ulfa.
Gevan harus meyiapkan telinga mendengar omelan yang seperti ledakan petasan dari sang tante. Namun saat sampai di ruang tamu, rumah terasa sepi. Tapi Gevan harus siaga, jangan sampai kejadian waktu itu terulang kembali. Dimana dirinya tertangkap basah oleh semua orang, sungguh menjengkelkan!
Mengendap ke lantai atas dan membuka pintu secara perlahan. Aman, aat membuka pintu tidak ada siapapun di dalam. Akhirnya Gevan bisa menghela napas lega, lalu menjatuhkan dirinya di atas kasur king size nya. Namun entah datang dari mana, ada tangan kecil yang mengantup pipinya.
"Om bangun!" ucapnya.
Gevan yang tadinya sedang asik memejamkan matanya pun dengan cepat membukanya kembali saat mendengar ada suara anak kecil dikamarnya.
"Aish Syifa kenapa kamu ada disini sih?" tanyanya frustasi.
Bocah hanya mengerjapkan matanya lucu, lalu dengan santai duduk disamping Gevan.
"Tadi kata momy suruh temenin Om, soalnya Mom sama Dad lagi ada urusan. Jadi Ifa harus disini jagain Om biar gak bisa kabul!" jawabnya sembari memainkan boneka tady bearnya.
Jadi inilah hukumannya, Gevan harus menjaga bocil sampai tantenya pulang, sungguh cobaan apa lagi ini? Satu minggu terasa sangat lama jika setiap harinya begini.
"Terus Abang lo kemana? Mbok sur mana? " tanya Gevan bertubi-tubi.
Syifa nampak sedang berpikir-pikir dengan menaruh jari telunjuknya di atas dagu "Kalau Mbok Sur sih kayanya ada di dapur, tapi kalau Abang Ifa gak tahu," jawabnya.
"Terus kamu mau tidur dimana? Disini sama Om?"
Bocah itu mengangguk cepat "Iya Ifa mau tidur sama Om, asal Om kelonin Ifa bobo ya!"
Mendengar ucapan Syifa, Gevan serasa ingin menghilang saat itu juga. Dengan malas ia bangkit dari tempat tidur dan membiarkan Syifa untuk berbaring.
"Yaudah cepetan bobo!" perintahnya.
"Sebelum bobo, Ifa ingin dibacakab puisi nama-nama hewan dulu oleh Om. Bisanya Mom suka bacain cerita, tapi kalau sama Om pengeb dibacain puisi karena kelihatan tukang gombalnya, " ucapnya sembari cekikikan dan menyamankan posisi tidurnya.
Gevan hanya mendengus "Bocil tahu apaan sih tentang gombal," ucapnya sembari mengusap pucuk kepala Syifa.
"Yaudah sekarang dengerik ya!" perintahnya sembari berdiri bersiap-siap mengeluarkan karya ciptaanya.
"Ekhem,"
"Ooohhh ... Singga"
"Engkau tak suka Paus"
"Tapi doyan Zebra"
"Tidak selera dengan Lele"
"Dan tidak berteman sama Kuda"
"Ohh Bangau ..."
"Jangan sampai kau dimakan Ular"
"Sebelum datang Kelelawar"
"Dan pergi dengan Tekukur"
Setelah itu Gevan langsung membukukan badannya "Sekian pusi karya Bang Gegev dengan judul 'Sipa zelek bau ketek', terima kasih atas apresiasinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVAN
Teen Fiction"Kesalah pahaman yang berujung penyesalan" **** Ketua geng motor biasanya dominan dengan pemimpin yang dingin dan jarang bicara. Namun berbeda dengan seorang Gevan Radithya Pranadipa seorang leader dengan segal...