Part 21

256 23 0
                                    

"Jika pernah mengalami kehilangan yang menyakitkan,
Maka ku mohon jangan melakukan hal yang sama
Karena kita sudah tahu sakitnya
sepeti apa
Maka jangan biarkan mereka mengalami hal serupa"


Seorang gadis menatap dirinya di cermin, mata yang sembab hidung memerah membuat sangat ketara sekali bahwa ia sudah menangis.

Setelah beberapa menit menangis dan mengurung diri di toilet, tiba-tiba pintu diketuk dengan cara tidak santai dari luar.

"Fa lo di dalam kan?" tanya seseorang, yang Ulfa yakini itu suara Meisya.

Memilih diam dan mebiarkan mereka berbicara lagi.

"Fa jawab dong, lo gak kenapa-napa kan? Gue tahu kok lo gak salah dan lo pasti bingung kan kenapa mereka membenci Kak Faza, makanya sekarang lo keluar dulu!" sambung Ochi.

Ulfa tetap tidak bergeming, sampai suara Leta membuatnya membeku di tempat.

"Kak Faza itu anak geng motor dan musuhnya Gevan."

Sontak Ochi dan Meisya menatap Leta  tak percaya, karena ucapan Leta barusan mungkin akan menambah beban bagi Ulfa.

Mendengar penuturan Leta barusan membuat Ulfa dengan cepat membuka pintu dan menghampiri ketiga sahabatnya dengan penampilan yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja.

"Bener ucapan kamu barusan?" tanya Ulfa pada Leta yang ada didepannya.

Meisya dengan cepat menarik tangan Ulfa "Enggak Leta ngomong gitu karena ingin membuar kamu keluar aja, iya kan Let?" tanyanya sambil melirik Leta.

Dengan cepat Ulfa menggeleng kepala, lalu setetes cairan bening meluncur dari kelopak matanya "Enggak, kalian semua bohong! Pasti kalian sembunyiin sesuatu dari aku, iya kan?" teriak Ulfa, lalu tubuhnya merosot di lantai.

Ochi langsung berjongkok di depan Ulfa "Kita akan ceriatin semuanya, tapi gak disini, lo harus ikut kita!" perintahnya sambil memeluk Ulfa yang sudah sesengukan.

"Kalian jahat, kenapa gak cerita dari awal?" teriak Ulfa sambil meukul punggung Ochi yang masih mendekapnya.

Lalu Leta dan Meisya pun ikut berjongkok dan menenangkan Ulfa "Bukanya kita gak mau, tapi ini semua kemauan Kakak kamu," ucap Leta.

"Yaudah yuk sekarang kita kembali ke kelas! Gak bagus lama-lama ditoilet," ajak Meisya.

Ulfa pun berdiri dibantu oleh Ochi "Kalian semua hutang penjelasan sama gue,"

Mereka bertiga pun kompak mengangguk sambil berucap "Siap Bu ketu!"

"Yaudah yuk!" ajak Meisya.

Saat sampai di depan kelas, semua orang menatap Ulfa tak suka. Kebetulan jam pertama kosong karena Pak Darma guru matematika mereka tidak masuk kelas yang katanya ada keperluan mendadak.

Mereka duduk di kursinya masing-masing dengan Ulfa dan Meisya yang duduk di depan dan Ochi beserta Leta dibelakang mereka.

"Dih gak tahu malu banget, masih punya muka dia berani masuk kelas!" sindir Silvi, teman sekelas Ulfa.

Lalu temannya yang lain ikut mencela "Kalain kok mau sih temanan sama penghianat kaya dia?! Apa gak takut tuh ketularan sial gara-gara kelakuan temennya?!"

"BRAK!"

Meisya merasal kesal dan menggebrak bangku yang ada di depannya, kemudian menghampiri teman sekelasnya yang mencela Ulfa tadi.

"Yang gak tahu malu tuh lo pada!" ucapnya sembari menunjuk teman-temanya "Nuduh tanpa tahu kebenarannya kaya gimana, gue yakin kok kalian yang pada punya pacar pasti pernah lebih dari sekedar cium kening, iya kan?! Jadi gak muna deh!" teriak Meisya yang sudah tak dapat menahan emosinya.

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang