Part 11

328 27 2
                                    

"Seenggaknya aku bisa bertahan, walau tidak setegar yang diharapkan"

Seorang gadis terbangun dari tidurnya saat mendengar suara berisik dari lantai bawah rumahnya. Ya memang sejak pulang sekolah ia langsung tidur karena merasa badannya sedikit lemas dan saat bangun jam sudah menunjukan pukul enam sore.

Karena penasaran Ulfa turun menuju lantai bawah dengan muka khas orang bangun tidur. Karena gak biasanya suasana rumahnya bisa rame seperti itu.

Saat sudah sampai dilantai bawah disana ada kakaknya dan juga tiga pemuda lainnya yang tidak ia tahu namanya siapa.

Dengan nyawa yang masih belum sepenuhnya terkumpul Ulfa berjalan menuju ruang tamu lalu langsung duduk disamping Faza dan ia menyandarkan kepalanya kepada lengan kanan Faza.

"Sudah bangun kamu dek?" tanya Faza.

"Belum bang ini arwahnya Ulfa," jawab Ulfa sebal, udah tahu dia ada disini ya pasti udah bangun lah.

"Hey ngomongnya!" peringat Faza.

"Lagian abang udah tahu Ulfa ada disini malah nanya udah bangun, ya pasti udahlah," sambung Ulfa.

Tiba-tiba suara seseorang mengalihkan perdebatan mereka.

"Wah ini adek lo Za, cantik juga boleh dong abang kenalan," ucap Aldi.

Ucapan Aldi barusan membuat Faza menatapnya tajam, pasalnya ia tahu bahwa sahabatnya itu adalah playboy cap badak, kerjaannya cuma bisa maianin cewek mulu.

"Awas aja lo deketin adek gue!" ancam Faza.

"Ampun dah pawangnya ngamuk, lagian kenalan doang apa salahnya, iya kan dek," ucapnya sambil melirik Ulfa sembari mearik turunkan alisnya.

"Heh lo gak liat tuh muka abangnya udah merah kayak nahan berak gitu," sambung Zayan.

"Iya lo bisa habis sekali terkam Di," sambung Nino.

Tetapi ucapan kedua sahabatnya itu hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri buat Aldi. Ia tetep kekeh ingin kenalan, genit emang.

"Kenalin neng nama Abang Aldi Wira Atmadja," ucapnya sambil mengulurkan tangannya. Namun bukan tangan lembut Ulfa yang menjabatnya melainkan tangan kekar Faza.

"Kenalin gue Faza Mikelo Ranova, sentuh adek gue, gue depak lo dari Brave!" jawab Faza penuh penekanan.

"Yaelah possesive amat lo Za, sama sahabat sendiri juga," ucap Aldi sebal.

"Modelan kayak lo gak bakal gue percaya buat jaga adek gue, lagian mana mau Ulfa sama cowok modelan kayak lo!" jawab Faza sarkas.

"Iya dah iya," pasrah Aldi.

"Za gimana soal Savior kapan mau nyerang lagi, tangan gue udah gatel nih pengen baku hantam!" tanya Zayan.

Sontak pertanyaannya barusan di balas tatapan tajam dari sang ketua dan juga pelototan dari kedua sahabatnya. Zayan hanya bisa menutup mulutnya sambil menyengir kuda.

Faza melirik kesamping melihat Ulfa yang sedang bersandar sambil memejamkan matanya, dalam hati Faza berucap semoga Ulfa tidak mendengar apa yang dikatakan Zayaan barusan.

Faza mengucap surai adiknya lembut sambil berucap "Mandi gih dek terus abis itu makan biar gak lesu gini!" perintah Faza yang membuat Ulfa membuka menegakan tubuhnya dan berjalan meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya.

Setelah dirasa aman baru Faza membuka suara.

"Gue belum punya rencana untuk membalas perbuatan Galang waktu itu dan gue juga belum tahu dimana titik lemah dari seorang Gevan yang bisa kita manfaatin," ucap Faza membuka suara.

"Apa lo ada rencana buat nyerang Purnama lagi?" tanya Aldi.

"Enggak gue gak mau nyerang SMA Purnama lagi, itu bisa ngebahayain Ulfa, gue takut kejadian kemarin terulang lagi urusan kita itu dengan Savior bukan Purnama meskipun kita ingin menghancurkan Savior lewat Purnama tapi gue gak mau ambil resiko lagi!" jawab Faza.

"Sekarang gini aja jangan dulu serang Savior selagi mereka enggak mengusik kita, karena gue dam om Azam sedang menyelidiki siapa dalang dari peristiwa yang menyebabkan bokap gue gugur, bagaimanapun dia harus tanggung jawab, atas perbuatannya banyak orang tersakiti dan ada keluarga yang kehilangan orang orang yang mereka cinta." jelas Faza.

•••••

Gevan pulang dengan sebelah tangannya membawa belanjaan yang bejibun dan sebelah tangannya lagi menggendong Syifa yang sudah terlelap sejak diperjalan tadi.

"Assalamualaikum Tante, Gevan handsome dah pulang," ucap Gevan yang mendapat jawaban salam dari Nindy.

"Nih Tante bocil ngerepotin aja, malah tidur dia," ucap Gevan sembari mengalihkan Syifa pada gendongan Nindy.

"Belanjannya Gevan simpen di dapur aja ya Tan!" sambungnya sebari melenggang pergi ke dapur.

Saat Gevan dan kembali keruang tamu dan ingin menuju kamarnya, saat itu pula pintu utama dibuka dan menampilkan dua orang pria memasang muka lelah, yang satu dengan seragam kantornya dan satunya lagi dengan seragam osisnya.

"Baru pulang nih Om?" tanya Gevan.

"Iya nih Van Tante kamu dimana?" Ezar balik bertanya.

"Tadi ke kamar Om mau nidurin Syifa kayanya," jawab Gevan.

"Yaudah om ke kamar dulu," ucap Ezar.

Sepeninggalnya Ezar, tinggalah Gevan dan juga Novan yangsedang merebahkan dirinya di sofa sambil memejamkan matanya.

"Eh Van masa gue disuruh ke super market buat belanja bulanan oleh bokap lo bawa bocil pula, terus belanjanya pake uang gue lagi!" curhat Gevan pada Novan.

"Baru sekali aja udah ngeluh gue mah sering kali ah!" balas Novan.

"Tapi Van ya gue bingung deh, kok mau gitu ya Om Ezar yang kalem dan perfect itu mau sama modelan kayak tante Nindy yang galaknya udah kaya singa," ungkap Gevan.

"Gue malah lebih bingung sama lo yang manngil gue Van, entar readers pada bingung berasa manggil diri lo sendiri!" balas Novan.

"Eh tapi iya juga sih ya," ucap Gevan, baru sadar bang.

"Tapi ngomong-ngomong lu kenal gak Van, tuh kan manggilnya Van lagi terus manggil apa dong gue?" tanyanya bingung sendiri.

Novan hanya memutar bola matanya sabil berucap "Terserah!" kesalnya.

"Okee lo tahu kenal gak nyet--"

"Gak itu juga kali panggilannya!" potong Novan.

"Ah ribet lu mah, gue mau tanya lu kenal gak sama cowok yang namanya Faza secara kan lu sekolah di Mahapati?" tanya Gevan.

"Ya kenal lah dia yang ketua geng dan pindahan itu kan?!" balas Novan.

"Kenapa emang dia buat ulah lagi?" tanyanya.

"Ya, kemarin dia nyerang Purnama dan gue hampir saja diterkam sama Dady gue gara-gara tawuran itu, makanya sekarang gue ada disini," jawab Gevan.

"Oh jadi itu yang buat Om Davi hukum lo, gue kira dia hukum lo gara-gara sudah muak satu atap sama orang modelan kayak lo, gua aja yang baru satu hari rasanya sudah pengen depak lo dari rumah,"

"Ye si kampret orang lagi serius juga!" protes Gevan.

"Sorry ya gue masih normal gak mau di seriusin sama lo," jawab Novan sambil meninggalkan Gevan berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai atas tepat bersebelahan dengan kamar Gevan.

"Ini nih, gara-gara lahirnya gak diadzanin jadi omongannya suka ngelantur," gerutu Gevan sembari mengikuti Novan menuju kamarnya.



Bismillah
Jangan lupa Voment

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang