"Sudah biasa ditertawakan oleh takdir dan berusaha tersenyum pada mereka yang mencibir."
Suasana kelas X IPA 2 yang tadinya gaduh kini mendadak hening saat Bu Zahra masuk dengan seorang pria yang mengekor dibelakangnya. Para gadis yang dari tadi sudah menerka-nerka dimana kelas pemuda itu akhirnya terpekik kaget saat seseorang yang sedang mereka bicarakan berdiri di depan kelas bersama wali kelas mereka.
"Selamat pagi anak-anak! Hari ini Ibu datang dengan seseorang dan mulai sekarang dia akan menjadi teman baru kalian. Silahkan perkenalkan namamu!" ucapnya sembari memberikan ruang pada Marsel untuk memperkenalkan dirinya.
"Hallo semua! Kenalin gue Marsel Pradana, semoga kita bisa berteman baik." ucapnya memperkenalkan diri.
"Marsel boleh minta nomer wa nya gak? Soalnya temen gue jomlo nih!" Meisya berteriak sambil menyikut lengan Ulfa. Padahalkan bukan Ulfa yang jomlo, tapi dirinya sendiri.
"Wahh parah lo Mey, lo mau di depak sama oleh Bang Gevan dari Purnama!" teriak Irsan teman sekelas Ulfa yang merupakan anggota Savior.
"Huuuuuu ...." sahut mereka serempak meneriaki Meisya.
"Apaan dah pada berisik lo pada!" protes Meisya.
Lalu ia menoleh ke belakang dan menatap Irsan tajam. "Makanya lo jangan buka mulut San! Biar jadinya aman. Iya ngak Fa?!" ucapnya sambil kembali menyikut Ulfa yang hanya diam tanpa ekspresi. Tidak se exited tadi saat dirinya pertama kali kenalan dengan Marsel. Entah setan apa yang merasukinya, yang pasti setelah aksi kejar-kejarannya dengan Gevan Ulfa malah asik memikirkan cowok itu.
"Jangan jual-jual gue deh Mey! Lo sendiri kan yang mau nomernya Marsel? Yang jomlo kan elo gue mah enggak!" jawab Ulfa santai yang membuat Meisya menganga dibuatnya, sedangkan yang lain tak dapat menahan tawanya lagi.
"Bagus Fa! Jangan mau dijadiin tumbal sama Si Mesiya. Eh tapi ngomong-ngomong secara tidak langsung lo udah ngakuin dong kalau elo pacarnya Bang Gevan!" balas Irsan sambil tersenyum jahil.
"Enggak juga tuh!" jawab Ulfa acuh.
"Eh eh Marsel gue boleh tanya? Lo dulu tinggal di bumi bagian mana?" Kini giliran Ochi yang bertanya.
"Hah?" Marsel bingung dengan pertanyaan Ochi lontarkan.
"Maksud gue, kan dulu lo tinggal di luar negeri tuh. Nah lo di negara bagian mana?"
"Gue dulu tinggal di Milan Italia. Sekarang pindah ke Indo karena kebetulan bokap gue sedang ada proyek disini." jawab Marsel.
"Wah lo bisa ketemu Vicenzo dong! Atau jangan-jangan lo temannya Jan Han Soek si psikopat? Atau lo komplotannya Inzaghi?!" Ochi bertanya dengan exited saat ia mengingat tokoh-tokoh drakor yang ia tonton.
Pletak
Leta yang duduk di sebelahnya menjitak kepala Ochi supaya anak itu sadar. "Mana ada Inzaghi ganteng kaya dia!" sambung Leta. Bukannya menyandarkan ia malah ikut-ikutan.
Saat Ochi akan membuka mulutnya lagi untuk membalas Leta. Bu Zahra sudah lebih dulu membuka suara, menghentikan perdebatan mereka. Kalau tidak dihentikan bisa-bisa sampai bel pulang berbunyi pun mereka tidak akan selesai.
"Sudah! Sudah! Marsel kamu bisa duduk di samping Irsan, karena kebetulan disana kosong!" perintah Bu Zahra yang mendapat anggukan setuju dari Marsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVAN
Teen Fiction"Kesalah pahaman yang berujung penyesalan" **** Ketua geng motor biasanya dominan dengan pemimpin yang dingin dan jarang bicara. Namun berbeda dengan seorang Gevan Radithya Pranadipa seorang leader dengan segal...