Part 29

231 24 2
                                    

"Gunakan kesempatan selagi masih ada, dan manfaatkan waktu sebelum terlambat"


Langit sudah mulai gelap, matahari pun tidak menampakan sinarnya digantikan dengan segurat kemerahan di penghujung hari.  Dua orang remaja masih asik berkeliling sambil menikmati sejuknya udara di kala senja. Suasana sore ini membuat mereka terbuai dengan pikiran masing-masing.

"Lo mau bawa gue kemana sih?" Ulfa bertanya sambil sedikit berteriak karena mereka sama-sama memakai helm, ia bingung sedari tadi i
hanya diajak berkeliking tanpa arah.

"Ke rumah gue! Gue kenalin lo sama camer biar bisa akrab!" jawab Gevan.

Tanpa mereka sadari dari tadi ada orang yang mengikuti mereka. Gevan yang menyadari akan hal itu pun dengan cepat meningkatkan kecepatan motornya.

"Pegangan Ana! Let's go!" teriaknya sambil menancap gas yang hampir membuat Ulfa terjungkal jika tidak cepat-cepat mengeratkan pegangannya sambil memeluk Gevan.

Setelah itu Ulfa memukul pundak Gevan berkali-kali "Lo gila! Kalau mau mati gak usah ngajak-ngajak gue,  gue belum nikah woy!" teriaknya tanpa menghentikan pukulannya.

Motor Gevan sedikit oleh saat Ulfa dengan brutal memukuli pundaknya, tapi Gevan berusaha menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh.

"Stop Ana stop! Kalau lo seperti ini kita bisa celaka! Lo liat dua motor dibelakang, mereka dari tadi ngikutin kita makanya gue berusaha kabur. Dan dengan lo mukul gue kayak tadi itu gak akan menyelesaikan masalah dan lebih mudah bagi mereka untuk mengejar kita! Jadi sekarang lo diem dan pegangan! Percaya sama gue, lo akan baik-baik saja kalau dengerin gue!" perintat Gevan yang membuat perempuan di belakangnya itu bungkam.

Tapi setelahnya ia menimpali "Gak mau percaya sama lo! Musyrik!" teriaknya karena merasa kesal.

Gevan hanya terkekeh mendengar penuturan gadis itu. Bisa-bisanya dia membuat lelucon seperti itu.

Kejar-kejaran masih terjadi diantara mereka. Semakin Gevan meningkatkan kecepatannya, semakin gencar pula mereka mengerjarnya. Hingga saat di jalanan yang cukup sepi orang itu berhasil menghadang motor Gevan.

"Turun lo!" sanggahnya sambil menunjuk Gevan.

Dengan terpaksa kedua orang itu turun dengan Ulfa yang berada di belakang Gevan.

"Setelah gue buat mereka lengah lo cepetan lari terus sembunyi!" perintahnya pada Ulfa setengah berbisik.

Gadis itu malah mencebik kesal "Lo gak kasih gue bagian gitu? Dah gatel nih tangan pengen mukul orang!" ucapnya sembari menonjokan tangannya ke depan memperagakan.

Sedangkan sekarang posisi mereka sudah terkepung dengan Ulfa dan Gevan yang berada di tengah-tengah sambil memunggungi satu sama lain. Kayak personil the virgin gitu.

"Jangan ngada-ngada deh! Entar kena pukul malah pingsan, nanti ribet dah gue!" Gevan memperingati sambil bersiap ancang-ancang menyerang.

"Banci lo semua! Beraninya keroyokan, sini satu persatu kalau berani!" teriaknya yang dibalas kekehan oleh mereka.

"Banyak bacot lo!" jawabnya sambil menyerang.

Tanpa bisa dihalau lagi, perkelahian terjadi diantara mereka. Gevan yang sedang melawan tiga orang sekaligus dan Ulfa yang sudah dibekap oleh seorang dan diseret menjauh dari sana. Tapi sekarang gadis itu tak tinggal diam, dia menggigit tangan yang membekapnya dan menendang alat vital pemuda di belakangnya yang membuat sang empu tersungkur. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, dengan brutal Ulfa memumuli nya sampai ia puas.

"Makanya jangan main-main sama gue, lu kira gue cewek lemah!"

Sebenarnya dari kecil gadis itu memang sudah diajarkan bela diri oleh ayahnya. Tapi tak ayal juga selalu mendapat teguran dari sang Bunda supaya ia tidak boleh sampai kecapean. Meski demikian ia bisa mempelajari sedikit ilmu bela diri, dan ketika keduanya sudah tiada pun Ulfa sering belajar bersama Faza. Tapi itu tidak berlangsung lama karena akan terus mengingatkan nya pada moment bersama kedua orangtua mereka, begitu pun Faza.

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang