29. Layak di Miliki

2.7K 585 99
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Kalian datang kembali. Di saat kalian berpikir bahwa yang terbuang ternyata mempunyai sesuatu yang layak untuk dimiliki”

***

Dengan selembar foto usang hitam-putih yang berada dalam genggam tangan, Daffa pergi ke rumah sakit Handoko. Kakinya melangkah tanpa jiwa, begitu hampa sesaat dia mendapatkan telpon dari Galih yang meminta Daffa datang untuk menemuinya.

Sangat lucu saat takdir memainkan perannya…

Di kala Daffa dilanda kebingungan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Orang itu menelpon di waktu yang tepat. Di saat Daffa membutuhkan penjelasan, tentang dirinya, tentang masa lalunya dan tentang Mentari yang telah membuangnya.

Daffa mencari dengan tatapan kosong di lobi rumah sakit Handoko, dia menemukan satu sosok lelaki yang segera berdiri di salah satu meja. Galih memberikan tatapan penuh arti kepada Daffa yang melangkahkan kaki dengan sedikit gontai menuju lelaki itu.

“Apa yang terjadi Daffa? kenapa kamu datang dengan basah kuyup seperti ini?” tanya Galih segera.

Daffa datang ke rumah sakit dengan tubuh basah. Rambut dan bajunya terus meneteskan buliran air hujan yang tiada kunjung berhenti ke lantai. Wajahnya pucat pasi, bibirnya pun membiru. Seluruh tubuh gemetar tak terkendali.

“Aku ambilkan handuk kering dulu. Tidak bisa seperti ini kamu bisa jatuh sakit,” ucap Galih cemas, dia hendak pergi. Tapi Daffa menarik tangan Galih. Mencegatnya.

“Apa yang ingin Anda bicarakan? Beritahu saya sekarang,” desak Daffa dengan suara lemah.

Galih menatap Daffa seperkian detik, memperhatikan bagaimana lelaki itu meremas pergelangan tangannya, begitu menyakitkan.

“Lebih baik kita duduk. Kamu perlu duduk, paling tidak atur napasmu dulu,” saran Galih. “Kita tidak bisa bicara dengan nyaman, jika kamu tidak tenang terlebih dahulu.”

Daffa diam. Dia seperti mayat hidup, tanpa jiwa tampak kosong. Namun dia memilih menuruti keinginan Galih, duduk berhadapan dengan lelaki yang sekarang menjadi suami dari Mentari.

Lobi rumah sakit Handoko yang memiliki atap kaca transparan memperlihatkan langit kelabu, awan gelap berarak datang kembali, meruluhkan hujan yang lebih lebat ke bumi.

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang