3. Hari Alya Sahira

5.3K 799 133
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Dasar Daffa Raffan. Sulit marah sama kamu, aku terlalu menyayangimu”

***

Dua karyawati berseragam hitam sibuk memoleskan bedak serta lipstik di wajah, memperhatikan dengan seksama pantulan diri di cermin toilet, mereka juga melentikkan bulu mata dan menebalkannya dengan maskara.

“Sama sekali nggak cocok. Beruntung banget si Alya!” tutur salah satu karyawati dengan rambut ikal. “Mendapatkan suami tampan seperti Daffa Raffan. Ah! Gue masih nggak bisa menerima fakta ini.”

Si lawan bicara adalah karyawati dengan rambut pendek. Dia menganggukkan kepala. “Benar! Apa hebatnya Alya? Kenapa Daffa memilih Alya dan menikahinya? Sampai sekarang gue masih nggak mengerti.”

“Gue menyukai Daffa sejak mengetahui dia adalah korban kekejaman Cahyo Kusuma. Gue selalu aktif di sosial media, menggalang suara dan mendukung Daffa keluar dari penjara waktu itu!” Si rambut ikal berkata, dia terlihat kesal. “Kami membuat petisi yang mampu menggetarkan semua instansi kepolisian.”

“Dan gue juga sama!” Si rambut pendek tidak mau kalah. “Gue adalah orang yang memulai penggalangan dana untuk Daffa ketika dia masuk rumah sakit. Walaupun pada akhirnya Daffa nggak menerima uang itu dan memberikannya kepada yayasan penderita kanker dan tumor.” Dia menghela napas berat kemudian. Terlihat kecewa.

“Kita cuma kalah cepat. Itu saja.” Si rambut ikal membesarkan hati. “Hanya karena Alya adalah perempuan yang pertama kali Daffa kenal, makanya Alya yang dia pilih.”

Si rambut pendek mengikik tertawa. Dia merasa puas dengan make-up tebalnya. “Benar! Kalau dibandingkan Alya, level kita ada di atas. Gue yakin seiring waktu Daffa akan menyadarinya. Tinggal tunggu waktu kabar tentang perceraian mereka.”

“Ya ampun! Kita keasyikan ngobrol, bukannya kita mau makan siang? Ayo cepatan nanti jam istirahat habis.” Karyawati berambut ikal menarik keluar temannya dari toilet perempuan.

Toilet perempuan sejenak kosong dan sepi tapi kemudian terpecahkan dengan hentakkan pintu yang ditendang oleh seorang perempuan yang sedari awal berdiam lama di kamar kecil. Alya Sahira bernapas cepat. Wajah merona merah sedang tangannya menunjuk geram pada tempat di mana dua karyawati tadi bergosip tentang dirinya, di depan cermin.

“Wuah, gue nggak percaya ini! Wuah!” Alya membuka keran westafel, mengalirkan air dengan deras. “MEREKA LANCANG. SUNGGUH LANCANG.” Dan tidak bisa menahan diri, berteriak pada diri sendiri, membuat beberapa karyawan yang hendak masuk, mengurungkan niat dan memilih toilet yang lain. “PERCERAIAN! TIDAK AKAN PERNAH ADA NAMANYA PERCERAIAN! GUE PASTIKAN ITU.”

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang