27. Bom Waktu

2.8K 584 48
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Kamu seperti bom waktu yang siap meledak kapan pun. Dan itu membuatku sangat takut”

***

Bima memukulkan tinjunya ke jendela mobil, sangat keras dan membuat supir yang membawanya melirik dengan takut.

“Papa pasti membujuknya! Dia akan mengambil resiko demi menyelamatkan wanita itu.” Bima berucap sinis, dia mengepalkan tangan hingga kemerahan.

“Mama…”

Bima memanggil lirih kemudian. Sepasang mata yang tadi menyiratkan penuh kebencian sekarang tergantikan oleh duka.

“Sungguh, maama tidak pantas mendapatkan perlakuan kejam dari mereka.”

Hujan yang menerpa kaca jendela mobil membawa Bima ke masa kecilnya dulu, pada hujan yang sama saat dia duduk meratapi sebuah pusara yang basah dan bercampur wangi dengan bunga melati. Pada hari di mana Bima menyaksikan tubuh ibunya yang terbalut kain kafan terkubur oleh gundukan tanah.

Bima tidak lupa, pada Bima kecil yang menyedihkan. Di saat dia seharusnya mendapatkan simpati karena kehilangan ibunya, namun dia malah mendengar kalimat-kalimat lain yang terlontar dari para pelayat, masih terngiang di otak dan menghantui hingga sekarang.

“Galih berselingkuh dengan pembantunya.”

“Syifa meninggal pasti karena sakit hati, karena mengetahui suaminya berselingkuh dengan wanita lain.”

“Apa dia? Wanita itu? Yang berdiri di samping Bima?”

“Benar, dia Haifa. Dia mengambil posisi Nyonya di keluarga Handoko sekarang.”

“Dasar wanita licik! Sangat kejam. Dia membalas kebaikan Syifa yang menampungnya dengan berselingkuh dengan Galih. Kasihan sekali Syifa.”

Bima kecil waktu itu tidak mengerti, dia hanya duduk di depan pusara Syifa, masih memanggil ‘Mama’ dan meminta semua orang agar mengeluarkan Syifa karena Bima sudah sangat merindukannya.

“Tegakkan wajahmu. Jangan terlihat lemah di depan orang. Aku ibumu sekarang.”

Haifa menarik Bima berdiri, membawanya menjauh dari pusaran Syifa. Haifa bersikap tak acuh pada semua pelayat, dia mengenggam tangan Bima dan tidak peduli meskipun Bima menangis, meminta ingin lebih lama meratap di depan kuburan ibunya.

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang