5. Kerisauan Hati

4.6K 775 90
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Kamu membuat aku takut setiap hari. Istirahat dulu. Tarik napas dulu. Semua bisa dikejar. Secara perlahan-lahan”

***

Alya menaiki tangga menuju kamar dengan hati-hati, menjaga keseimbangan, membawa nampan yang berisikan segelas air putih hangat dan juga roti gandum kesukaan Daffa. Dia membuka pintu dan menemukan Daffa duduk bersila di tempat tidur, tubuh membungkuk fokus mengetik di laptop.

“Atuk! Tidur di bawah.” Alya berkata tegas pada kucing yang bergelut manja di samping Daffa. “Jangan ganggu Kak Daffa belajar.”

Atuk mendelik pada Alya tapi kucing itu menuruti, mengeliatkan tubuhnya lalu turun dari tempat tidur, mengeong sejenak kepada Alya kemudian menuruni tangga, melanjutkan tidurnya di sofa ruang tamu.

Alya masuk kamar dan menutup pintu. “Apa masih banyak tugasnya? Apa nggak bisa dilanjutkan besok?” tanyanya kepada Daffa yang tidak menoleh sama sekali.

Daffa menggeleng. “Dosen Amira nggak menerima kelonggaran waktu. Harus besok.” Dia mengambil buku tebal untuk mencari bahan. “Tapi tinggal sedikit lagi kok. Sebentar lagi juga selesai.” Dia tidak mengangkat matanya sama sekali.

Alya meletakkan nampan di tempat tidur dan kemudian berjalan menuju meja, mengambil botol-botol kecil, mengeluarkan beberapa pil obat.

“Ini sudah jam sebelas sayang. Nanti kamu capek. Besok kuliah dan kerja. Berhenti dulu lah,” pinta Alya dan menghampiri Daffa. Dia menyodorkan piring kecil berisikan obat-obatan. “Dan minum dulu obatnya. Ini sudah waktunya kamu minum obat.”

“Kamu duluan minum vitamin,” jawab Daffa, tidak melihat ke Alya.

“Aku minum vitamin setelah kamu.”

“Aku nggak minum obat kalau kamu nggak minum vitamin kamu duluan.” Daffa bersikap tegas.

Alya menghela napas. Tidak punya pilihan selain menuruti keinginan suaminya, dia kembali ke meja dan mengambil botol lain berisikan vitamin untuk kekebalan tubuh. Alya mudah jatuh sakit akhir-akhir ini karena cuaca panas.

“Sudah aku minum loh! Alya sudah meminum vitamin.” Alya memberitahu dengan keras.

“Isteri yang baik,” puji Daffa. Sekarang menyerang keyboard laptop kembali.

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang