18. Pelarian Senja

3.5K 631 33
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Aku berhenti karena aku mencari tempat untukku mati, bukan karena aku ingin tinggal”

***

Daffa menyelesaikan shalat Isya, dia mengusap wajah setelah memanjatkan doa, menoleh ke belakang dan melihat makmum setianya mengulurkan tangan. Alya mencium punggung tangan Daffa dan dia pun melakukan sebaliknya, mencium punggung tangan Alya.

“Alhamdullilah, hari ini bisa shalat berjamaah lagi,” kata Alya sembari melepas mukena.

“Iya. Alhamdulillah,” sahut Daffa.

Dia bangkit berdiri. Menyampirkan sajadah merah miliknya di kursi, berganti baju muslim dengan kaos kemudian merangkak naik ke tempat tidur.

“Hari ini ada berita apa?” Daffa bergumam, mengambil remote dan menyalakan televisi. Dia rebahan dengan nyaman.

Alya mengulum senyuman, senang melihat Daffa sehat kembali, bersyukur dia bisa menjadi imam shalat dan mendengarnya membicarakan masalah sepele seperti tentang harga sembako yang naik.

“Dekat bulan puasa, kita harus menabung Alya, semua pada mahal.” Daffa memberitahu sembari menunjuk layar televisi.

Alya naik ke tempat tidur dan berbaring di samping Daffa. Memeluk Daffa dan menyandarkan kepalanya di dada lelaki itu. Sudah menjadi kebiasaan, semenjak mereka menikah, sebelum tidur, mereka menonton televisi dan membahas tentang keseharian mereka di tempat kerja.

“Normal. Alhamdullilah normal.” Alya berujar dengan senang.

“Normal apa?” Tangan Daffa mengelus belakang kepala Alya, walaupun matanya masih fokus ke layar televisi.

“Jantung kamu.”

“Emang ada waktunya nggak normal?” Daffa bertanya balik, bosan melihat berita dan mengganti ke saluran lain.

“Ada.” Mata Alya menatap kosong. “Ada saatnya nggak normal.” Dia mengucapkannya pelan dan tidak terdengar oleh Daffa.

“Oh! Itu bukannya Abi?”

Daffa menunjuk pada seorang lelaki yang tampil di sebuah ajang penghargaan bergengsi perfilman.

“Abizar Ghiphary bukan?” tanya Daffa lagi. Memastikan.

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang