44. Arti Saudara

3.4K 690 140
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Terima kasih sudah melindungi Daffa Raffan hingga saat ini. Demi Allah, Daffa sangat bersyukur memiliki Kakak seperti kalian.”

***


Pintu kamar di ketuk, Daffa mengalihkan pandangan dan melihat Laila masuk diikuti seorang lelaki yang membuat Daffa tersenyum lebar, Muhammad Halim.

“Halim datang,” beritahu Laila. Dia tidak menatap Daffa, berjalan ke meja dan meletakkan nampan berisikan roti lapis dan segelas susu. “Dan makan ini. Dihabiskan.”

“Makasih banyak Mah.”

Daffa memberikan senyum pada Laila, namun Laila tak acuh. Dia hanya tersenyum kepada Halim.

“Ibu ke dapur dulu yah, masak buat makan malam. Nak Halim, makan di sini, kan?” tanyanya.

“Boleh Buk, kalo nggak ngerepotin.”

“Sama sekali enggak.”

Laila mengelus pundak Halim, keluar kamar tanpa menoleh pada Daffa dan meninggalkan kecanggungan saat pintu ditutup.

Halim menunjuk ke pintu. Tersenyum penuh arti.

“Mama mertua ngambek. Lo sudah membuat masalah besar my little bro!” Dia berbaring di samping Daffa. “Adik gue tersayang, gimana kabar lo? Sudah sehat, kan?” Mengacak rambut Daffa dengan gemas.

“Alhamdulliah sudah mendingan.” Mata Daffa masih ke arah pintu. “Mama Laila cuekin gue. Ini sudah beberapa hari tapi dia nggak mau ngeliat ke arah gue. Bukan cuma Mama tapi semua orang di rumah ini.”

“Maklumi aja lah. Wajar banget kalo mereka marah. Hal yang lumrah.”

Sikap dingin Laila tidak meluntur meskipun Daffa sudah keluar dari rumah sakit. Laila tidak mau bicara apalagi melihat ke arah Daffa, walaupun seperti tadi, Laila masih memberikan perhatian, tapi tetap jelas Laila masih sangat marah padanya.

“Dan lo kemana aja sih?” Daffa sekarang menyerang Halim. “Nggak khawatirin gue apa? Menghilang beberapa hari.”

“Ya Allah, gue ikut pelatihan di Bandung, bukannya Pak Edy udah kasih tahu? Ponsel nggak bisa gue aktifin terus,” jelas Halim. Dia memperhatikan jari-jemari Daffa yang sibuk mengukir kayu menjadi kupu-kupu.

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang