58. Selalu Bersamamu

4.6K 743 122
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.

“Aku akan selalu ada untukmu. InsyaAllah akan selalu melindungimu.”

***

“Bismillah sayangku, kamu pasti bisa.” Daffa memohon kepada Alya. Menguatkannya. Sekarang hati Daffa dipenuhi doa kepada Allah, tidak berdaya hanya bisa menggenggam tangan Alya yang sedang berjuang melahirkan buah hati mereka ke dunia. “Aku mohon, yang kuat Alya.”

Alya kelelahan. Setelah mengenjan kuat, namun ternyata tak memberikan hasil—perempuan itu menghempaskan kepalanya di bantalan. Menggeleng dengan napas tersenggal, dia berkata pada Daffa, “Aku nggak kuat, Alya nggak sanggup lagi Daffa.”

“Jangan ngomong kayak gitu.” Tangan Daffa gemetar hebat, dia duduk bersimpuh di samping Alya. “Alya jangan ngomong kayak gitu sama Daffa.”

“Tapi benar. Alya nggak sanggup.”

Perempuan itu menarik napas dalam yang menyiksa. Terlihat kepanikan di ruang operasi, Daffa tahu kalau persalinan ini tidak berjalan dengan lancar, Daffa bisa melihat dari kekhawatiran Dokter Fatimah yang memandu Alya agar terus menarik napas dalam-dalam dan mendorong kuat, namun sang bayi tidak keluar sama sekali. Sekelebat Daffa mendengar, suara Fatimah yang berkata pada perawatnya, ‘Kalau tidak berhasil. Operasi caecar, bahaya buat si ibu dan anak kalau terus seperti ini, ibunya sudah lemas.’ Dan itu membuat jantung Daffa seperti diremas oleh tangan tak terlihat.

“Ayo Nyonya Alya, tarik napas dalam-dalam, setelah itu dorong dengan kuat!” Dokter Fatimah memberikan arahan kembali, sedang beberapa perawat menekan perut Alya. Mendorong ke bawah. “Ayo! Tarik napas dalam, buang perlahan dan dorong sekarang Nyonya.”

Alya menuruti, dengan sekuat tenaga mengejan, namun nihil, kesayangannya belum menyapa dunia. Alya bernapas cepat, mencari udara untuk paru-parunya. Dia menyandarkan kepalanya kembali ke belakang. Wajahnya pucat pasi.

“Sepertinya sekarang Dokter?” beritahu salah satu perawat memeriksa kondisi Alya. “Sang ibu sudah kelelahan. Berbahaya.” Dia memberitahu dengan suara keras. Menandakan semua tidak baik-baik saja.

Daffa sangat takut.

“Alya! Alya!”

Daffa memanggil, ketegarannya hancur. Dia sudah tidak mampu lagi menahan airmata, melihat isteri tercintanya berjuang antara hidup dan mati melahirkan anak mereka ke dunia, perempuan itu mempertaruhkan nyawanya.

“Tolong lihat Daffa, tolong dengarin Daffa,” mohon Daffa saat mata Alya terpejam. Dia memaksa Alya bangun. “Lihat Daffa dulu,” desaknya dengan terus mengecup punggung tangan Alya yang berinfus. “Kalo nggak lihat, Daffa benaran selingkuh loh!”

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang