Orang bilang jatuh cinta berarti harus siap menerima sakitnya patah hati. Tapi, kadang sebagian mengabaikan itu. Memilih untuk mencoba menjalani hubungan yang sudah terjalin tanpa berpikir, siapkah mereka untuk menanggung resiko dari patah hati? Sampai tiba saat mereka ada pada posisi itu, mereka justru menyalahkan takdir yang katanya terlalu bermain-main dengan hatinya, menyesali keputusan yang sudah diambil untuk menerima seseorang masuk ke dalam ruang hatinya.
Mungkin salah satunya adalah Araisy, gadis itu menyesali keputusannya untuk menerima Vino. Dia benar-benar lelah dengan tingkah kekasihnya itu. Kali ini rasanya benar-benar sakit. Kenyataan menyadarkan dia bahwa Vino tak akan pernah berakhir bersamanya. Hati Vino seutuhnya milik gadis itu.
Iya, Ara akui dia tidak tahu siapa itu Diva. Tapi, satu yang Ara yakini. Diva sangat berarti dalam hidup Vino. Bahkan lebih berarti daripada seorang Araisy.
"Ra!"
Tepukan pada pelan pada helm yang di pakainya sekaligus panggilan dari orang di depannya membuat Ara tersadar dari lamunannya mengenai Vino. Laki-laki yang baru saja memanggilnya.
"Ya?"
"Kita udah sampai."
Ara mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Ah, benar ruapanya. Mereka sudah sampai di sekolah.
Ara segera turun dari motor Vino dan melepas helm yang dipakainya. Diikuti pula oleh Vino.
"Mikirin apa sih, Ra?" Tanya Vino saat meraka berjalan di koridor menuju ke kalasnya.
Vino benar-benar dibuat bingung oleh tingkah Ara. Ara dari kemarin hanya terus diam. Tak ada Ara yang cerewet, tak ada Ara yang tersenyum ceria. Hari ini hanya ada Ara yang terus diam, dan menunjukkan senyum paksanya. Binar mata bahagianya juga meredup dari kemarin.
"Siapa?"
"Kamu." Ucap Vino yang langsung menghentikan langkahnya begitu pula Ara.
Vino segera memegang kedua bahu gadis mungilnya untuk menghadap pada dirinya.
"Kalau ada masalah bilang sama aku. Jangan dipendem sendiri."
Vino menatap lurus mata bulat milik gadisnya. Matanya terkunci pada mata gadis di depannya ini.
Ara menatap mata Vino dengan dalam. Bertanya-tanya pada dirinya sendiri 'apakah mata itu pernah menatap dirinya dengan pandangan sayang atau bahkan cinta?' 'Apa pria di depannya pernah memiliki setitik saja rasa yang tulus untuk Ara seperti yang Ara miliki untuk dia?'
Ara langsung mengalihkan pandangannya dari Vino. Berusaha untuk tak menatap mata itu yang terus saja membuatnya bertanya-tanya tanpa henti. Yang akhirnya malah membuatnya semakin sesak karena jawaban-jawaban yang muncul di kepalanya. Yang bahkan hanya berupa prediksinya.
Ara menghembuskan nafasnya kasar.
"Gue cuma capek aja kok."
Vino yang mendengar penuturan gadisnya lalu mengangguk tanda mengerti. Vino tahu kalau gadisnya ini tengah disibukkan dengan latihan bandnya. Mungkin itu yang membuat Ara jadi kelelahan seperti ini.
"Lain kali jangan capek-capek. Aku mau lihat Ara yang kaya biasanya senyum terus. Ketawa terus." Ucap Vino dengan senyum yang mengembang dan tentunya tulus. Tak lupa tangannya yang mengelus lembut puncak kepala Ara.
Ara yang mendapat perlakuan selembut itu langsung menatap Vino dengan mata bulatnya. Hatinya menghangat mendapat perlakuan semanis ini. Perlahan senyumnya mengembang sempurna. Menampilkan senyuman manisnya.
Sabar, Ra. Lo pasti bisa buat Vino buka hati untuk lo, batinnya berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Tapi, pertanyaannya adalah 'mau sampai kapan batas pertahanannya?'
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araisy [END]
Teen FictionLo terlalu baik sih, sampai hati aja rela lo bagiin sampai habis. Sampai lo nggak punya hati lagi! -Araisy . . . Bercerita tentang Araisy yang ceria, cerewet, dan penyabar. Juga tentang Vino yang egois dan playboy. Kuatkah Araisy menjalani hubungan...